Sabtu, 11 Juli 2009

Menulis Artikel? Kenapa tidak?



Bagi-bagi Kiat Menulis Artikel Non-fiksi

Dalam menulis artikel non-fiksi kita mungkin dihadapi pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana sih menentukan tema, topik, judul, lalu cara menulisnya seperti apa, tulisan harus seberapa panjang, serta bagaimana gaya penulisannya. Hal-hal tadi sering muncul dalam benak kita dan ini dapat membuat kita mengurungkan niat untuk menulis.
Sayang sekali bila kita harus terhambat oleh persoalan-persoalan tadi. Padahal, menulis non-fiksi itu tidak sesukar yang kita bayangkan. Saya memiliki beberapa kiat menulis artikel non-fiksi yang biasa saya lakukan.

• Dalam menentukan tema tulisan, seringkali kita dipusingkan dengan banyaknya topik yang ada dan kita bingung harus memilih yang mana.
1. Tema artikel non-fiksi sebenarnya hanya berpatok pada hal-hal yang menarik dan memiliki manfaat bagi masyarakat pembaca.
2. Tema hendaknya juga merupakan bahasan yang aktual atau hal baru bagi masyarakat. Jangan mengusung tema artikel yang sudah sering dibahas dalam media publik.
3. Tema bisa saja membahas topik yang sudah ‘basi’ tetapi penulis harus menggunakan sudut pandang yang berbeda dari yang sudah ada.
4. Penulis harus peka terhadap apa yang terjadi di masyarakat dan apa yang mereka butuhkan. Setelah itu baru penulis menghadirkan tulisan yang merupakan solusi daripada persoalan tersebut. Intinya buka mata dan telinga!

• Topik merupakan ide pokok pembahasan. Topik lebih sempit atau spesifik dari tema. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penentuan topik sama saja dengan penentuan tema.


• Penulis sering bingung saat akan menetapkan judul baik itu di awal maupun di akhir penulisan.
1. Dalam penetapan judul tidak ada aturan baku tentang harus di awal atau di akhir. Bila kita sudah menguasai topik pembahasan, penetapan judul di awal atau di akhir sama saja. Namun saya biasa melakukannya di akhir penulisan. Karena feel dari tulisan yang kita buat seringkali muncul setelah kita mulai menulis.
2. Judul jangan terlalu panjang. Hendaknya judul dibuat singkat, padat, tepat, menarik, dan unik. Judul artikel harus mudah diingat dan mempunyai daya pikat yang kuat sekali lihat.
3. Judul merupakan hal yang paling ’menonjol’ dalam tulisan yang kita buat. Dalam sebuah tulisan tentunya ada salah satu poin yang paling ingin kita tonjolkan.

• Kita mungkin bingung tentang cara menulis artikel non-fiksi harus seperti apa.
1. Ada beberapa cara menulis artikel non-fiksi. Penulis bisa menggunakan teknik deskripsi (penjelasan), narasi (bertutur/bercerita), ataupun eksposisi (pemaparan/penggambaran). Tiga cara ini adalah yang paling umum digunakan.
2. Sebelum menulis sebaiknya kita menguasai topik pembahasan terlebih dahulu.
3. Bila perlu gunakan referensi akurat untuk mendukung tulisan yang kita buat. Untuk pengambilan teori atau informasi dari sumber, gunakan teknik kutipan (dengan keterangan) agar terhindar dari praktik plagiat.
4. Akan lebih baik bila tulisan merupakan buah pemikiran sendiri. Jangan terlalu banyak referensi. Perbandingan antara referensi harus jauh lebih kecil dari pemikiran pribadi penulis.
5. Berpedomanlah pada bahasa yang sesuai dengan bahasa baku dan Ejaan Yang Disesuaikan.
6. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang. Jangan menggunakan istilah-istilah yang terlalu ilmiah.
7. Bila terpaksa menggunakan istilah ilmiah, maka gunakan keterangan untuk menjelaskan istilah tersebut.
8. Hindari penggunaan istilah-istilah asing. Penggunaan istilah asing boleh saja bila istilah tersebut sudah umum di telinga masyarakat.
9. Hindari pula penggunaan kata-kata klise, jargon, dan istilah hukum legal.
10. Pada paragraf pertama hendaknya langsung mengangkat topik pembahasan dan gagasan utama.

• Panjang-pendek artikel juga menentukan efektifitas penulisan dan efektifitas pemahaman.
1. Artikel baiknya tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Esensinya adalah tulisan dapat membahas sebuah topik dengan cukup jelas namun tidak bertele-tele. Pembahasan jangan terlalu mendetail karena ini hanya sekadar artikel, bukan buku. Berpedomanlah pada 3 kata yaitu singkat, padat, dan jelas, baik dalam kalimat maupun paragraf.
2. Panjang artikel ideal antara 2 – 4 halaman kuarto atau A4 dengan spasi 1 1/2 dan format huruf Times New Roman atau Arial dengan ukuran 12.
3. Panjang kalimat kurang lebih antara 3 – 28 kata.
4. Utamakan penggunaan kalimat langsung.
5. Panjang paragraf kurang lebih terdiri dari 3 atau 4 kalimat.

• Jangan terlalu dipusingkan dengan gaya penulisan. Gaya penulisan adalah idealisme penulis.
1. Gaya penulisan menunjukkan karakter penulis.
2. Ciptakanlah gaya penulisan sendiri. Jangan meniru orang lain.
3. Buatlah ciri khas gaya penulisan.
4. Untuk penulisan pada media surat kabar, idealisme harus sedikit dikurangi. Biasanya gaya penulisan yang digunakan adalah gaya penulisan yang seragam yang dianut media tersebut.




Mengatasi Hambatan dalam Menulis?
Begini Caranya!


Ketika menulis kita seringkali dipusingkan dengan hambatan-hambatan dalam penulisan. Hambatan tersebut dapat berupa rasa malas. Rasa malas adalah hal yang harus dihilangkan terutama bila kita seorang redaktur media publik. Setiap hari kita dituntut untuk menulis. Namun bagaimana menghilangkan rasa malas tersebut?
Saya akan berbagi pengalaman yang pernah dialami oleh beberapa kawan saya yang bekerja sebagai redaktur media. Pertama, kita harus berusaha untuk mencintai pekerjaan menulis. Caranya adalah dengan mencari hal-hal yang menyenangkan saat kita menulis. Kegiatan menulis bisa dianggap seperti sebuah permainan. Tantangannya adalah bagaimana kita menciptakan sebuah tulisan yang menarik dan bermanfaat bagi jutaan orang. Bila kita berhasil kita akan memperoleh hadiah berupa bayaran, bonus, atau gaji.
Kedua, jadikanlah kegiatan menulis menyatu dengan kehidupan anda. Lakukan pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan kegiatan menulis. Misalnya, bacalah buku-buku tentang menulis, cobalah menulis hal-hal yang kita sukai, serta bergabunglah ke komunitas penulis.
Ketiga, cobalah menulis dengan santai dan fun. Ini bisa dilakukan dengan melakukan hal-hal yang kita suka sambil menulis. Misalkan menulis sambil menyantap camilan, minum teh/kopi/softdrink, atau sambil mendengarkan musik. Ketiga hal tadi biasanya diperbolehkan bagi wartawan redaktur. Beberapa media bahkan mengizinkan redakturnya untuk mengerjakan tulisannya di rumah.
Untuk hambatan dalam teknik penulisan, kita bisa melakukan apa yang sudah saya jelaskan dalam bahasan kiat-kiat di awal. Dengan melakukan prosedur-prosedur tersebut, mudah-mudahan dapat mengurangi kesulitan dalam menulis.



Menulis Itu Menyenangkan Lho!



Sayang sekali bila kita memiliki bakat untuk menulis tetapi tidak digunakan. Tapi saya berpendapat bahwa bakat ini ada di setiap orang. Tidak ada bakat khusus untuk menjadi penulis. Orang yang terlihat seperti berbakat dalam menulis, itu hanya karena biasa. Kegiatan menulis sudah melekat dan biasa bagi dirinya sejak kecil. Jadi, singkatnya siapapun bisa menulis. Amat disayangkan bila seseorang merasa enggan untuk menulis karena menganggap dirinya tidak mempunyai bakat. Bila kita dapat menyadari bahwa menulis itu sesungguhnya mudah, pasti menyenangkan. Kita tentu pernah mendengar bahwa J.K Rowling menjadi salah satu orang terkaya di Inggris. Rowling adalah seseorang yang menyukai menulis. Jadi sesungguhnya hobi ini bisa menjanjikan.
Banyak anak remaja yang sudah pandai menulis artikel. Bahkan diantaranya ada yang telah menulis buku. Jadi, mengapa kita tidak bisa seperti mereka?
Tentu anda tahu bahwa ada banyak komunitas menulis di negara ini terlebih di dunia. Ini membuktikan bahwa pekerjaan menulis juga menyenangkan. Dengan menulis kita bisa mengekspresikan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Dengan menulis kita dapat menunjukkan kapasitas diri kita. Dan menulis merupakan salah satu bentuk eksistensi serta aktualisasi diri seorang manusia. Karena sesungguhnya banyak hal dari kehidupan yang dialami dan dirasakan seseorang dan ingin disampaikan, akan tetapi tidak bisa terungkapkan lewat lisan. Hal ini bisa terwujud lewat sebuah tulisan.
Kita bisa mulai menulis dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Tentu di antara kita banyak yang menulis catatan harian, ’curhatan’, atau buku diary semenjak kecil. Atau ketika remaja kita mengalami yang namanya jatuh cinta pertama kali. Biasanya kita mendadak menjadi seorang pujangga yang romantis. Atau saat kondisi tertekan kita sering membuat tulisan-tulisan yang menyentuh. Berarti tepat bila saya katakan bahwa menulis sangat lekat dengan kehidupan kita. Mengapa hal ini tidak kita kembangkan?
Jadi mulai dari sekarang, buang jauh-jauh anggapan bahwa menulis itu sulit dan membosankan. Yang penting ada niat pasti kita bisa. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak?





















Tentang Penulis








Nama Lengkap : Rangga Permana
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Agustus 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cikutra – Bandung ; Kemang - Jakarta Selatan
Agama : Islam
Email : r.permana.84@gmail.com
Blog : blogua-yukitaba@blogspot.com

Riwayat Pendidikan : - SD Selong 01 Jakarta Selatan
- SLTPN 13 Jakarta Selatan
- SMUN 6 Jakarta Selatan
- STIKOM Bandung, S1 Penyiaran

Riwayat Organisasi : - Karang Taruna tingkat Kelurahan, Tangerang
- PAT Wanakactus, Jakarta
- Foluntier Pemadaman & Penanggulangan
Kebakaran Hutan
- IMIKI Pengcab Bandung
- Foluntier Penanganan Situasi Gawat Darurat dan
Bencana
- BEM STIKOM Bandung

Selasa, 05 Mei 2009

Satria Biru

Warming Up



Keika’s Mind


Hai! Aku Keika. Pagi ini lumayan cerah ya!. Mungkin hari ini akan terjadi sesuatu yang menyenangkan. Mudah-mudahan aja itu bener. Soalnya udah beberapa hari ini aku harus pusing mikirin tugas kuliah yang numpuk dari minggu lalu. Parahnya satu pun belum ada yang beres. Huffh.. kenapa sih harus sebanyak ini? Tugas sih tugas, tapi kira-kira juga dong Pak, Bu. Aktifitas kita kan bukan cuma kuliah aja. Belum urusan ini, belum urusan itu, aarrrgh… Ups, maaf, mungkin aku terlalu berlebihan. Sampe di mana kita tadi? Oh, bukan cuma itu aja, hal lain yang juga bikin pusing banget adalah KEJUARAAN. Oh iya aku belum cerita ya?! Aku ini manajer Satria Biru. Kalian tahu Satria Biru? Nggak!? Oke, aku jelasin tentang Satria Biru.
Satria Biru merupakan UKM olahraga kampus aku. Salah satu jenis olahraga favorit anak muda kayak aku. Bola Basket. Pastinya sebagian dari kalian juga suka olahraga ini kan!? Jadi Satria Biru singkatnya adalah nama Tim Bola Basket Kampus aku. Posisi aku lumayan penting di Satria Biru. Tapi dalam cerita ini kita nggak ngebahas tim Satria Biru Putri. Karena emang nggak ada. Nggak tahu nih, di kampusku, cewek-ceweknya lebih seneng jadi cewek seperti cewek kebanyakan. Mereka terlalu feminim untuk main basket. Sebenernya aku pingin banget jadi pemain, tapi apa daya.. nggak bisa, atau tepatnya nggak boleh. Aku nggak diperbolehkan main di tim cowok. Tapi kayaknya wajar ya.
Cukuplah buat penjelasan apa itu Satria Biru. Sekarang aku mau cerita soal kejuaraan. Sampe saat ini aku masih bingung buat nyiapin tim. Jujur aja, aku sama sekali belum yakin sama materi pemain tim Satria Biru. Menurutku dari 14 pemain yang kita punya, cuma 30 % aja yang secara teknis mencukupi atau terbilang siap. Yang lainnya, nggak banget deh. Mereka seolah-olah hanya jadi pelengkap aja. Udah gitu, di tim kami yang memiliki tinggi badan standard hanya beberapa orang. Kami hampir sama sekali belum mempunyai pemain yang secara teknis bagus sekaligus punya tinggi badan memadai.
Oh iya, selain aku, ada satu lagi orang yang posisiya sangat penting dalam tim Satria Biru. Selain playmaker tim, dia itu juga merangkap sebagai ketua UKM Satria Biru. Namanya Degha. Dia orangnya garing banget. Dia doyan banget becanda. Mungkin terlalu berlebihan kalo inget peran dia sebagai ketua UKM. Biar begitu, dia itu pentolan di tim Saria Biru. Dia pemain yang paling lengkap secara teknis dan fisik. Mungkin cuma dia aja yang pantes disebut pemain basket. Apalagi model rambutnya. Pokoknya udah kayak pemain basket beneran. Ya, nyerempet sih.
Menurut Degha, tim Satria Biru emang lemah dalam hal teknis materi pemain. Dan dia bilang itu karena kurang latihan aja. Tapi kalo menurut aku, dikasih latihan kayak gimana juga nggak akan ada pengaruh. Emang dasar merekanya aja yang nggak berbakat. Apalagi kejuraan tingkat propinsi sebentar lagi. Walaupun kita latihan intensif, aku yakin masuk ke perempat final juga kita nggak akan bisa. Masa kita masang target cuma buat sampe perdelapan final aja. Aku sebenernya punya rencana buat ngadain perekrutan lagi. Kebetulan ini masih tahun ajaran baru. Kan banyak tuh mahasiswa baru yang hobi main basket. Siapa tahu aja mereka cocok buat ngegantiin pemain-pemain lama yang selama ini belum pernah ngukir prestasi. Aku liat banyak juga Maba cowok yang jangkung. Paling nggak mereka satu meter delapan puluhan.
Kebetulan kegiatan perekrutan emang udah jadi kegiatan tahunan. Tapi kali ini kita butuh cepet pemain-pemain baru yang emang bener-bener berbakat, buat langsung jadi tim inti. Huffhh, aku harap kali ini nggak sia-sia. Karena tahun-tahun sebelumnya, kita cuma dapet “simpatisan” aja, tapi nggak ada yang total di basket. Mudah-mudahan nggak deh, karena nggak tahu kenapa feeling aku mengatakan kalo perekrutan kali ini bakal membuahkan hasil. ….Mmm, kita liat aja nanti.


Amar’s Mind

Hei, aku Amar. Aku kuliah di……yang jelas satu tempat sama semua tokoh utama di cerita ini. Oiya, kata orang aku ini tipe cool guy. Mungkin karena aku selalu diem kali ya. Tapi aku sendiri nyadar juga kalo aku tuh dingin sama orang lain, terkecuali sama dua sahabatku. Galang dan Revi. Mungkin cuma sama mereka aku bisa terbuka dan nggak jadi dingin. Wajar aja, kita udah bertemen semenjak kita masih duduk di bangku SD. Udah kira-kira 10 tahun kita bareng. Selalu aja kita satu sekolah bahkan sampe kuliah pun kita masih bareng. Galang itu tipenya beda banget sama aku. Dia jauh lebih terbuka and supel alias gampang bergaul. Sedangkan Revi, dia nggak jauh beda sama aku. Walaupun gitu dia itu ramah banget. Itu yang agak beda sama aku yang cenderung jutek kalo ketemu orang yang nggak aku kenal. Sekalipun itu cewek yang cantik banget. Akibat bertemen sama dua orang pendiem, akhirnya si Galang jadi sedikit kebawa-bawa. Dia lebih milih bareng kita terus walaupun sebenernya dia bisa nyampur sama yang lain.
Walaupun kita beda-beda, tapi kita tuh kompak banget. Mulai dari tempat makan sampe ke hobi kita sama. Kita juga sering tidur bareng. Eh, ngomong-ngomong hobi, aku tadi belum ngasih tahu apa hobi kita ya?! Basket. Yup, kita bertiga cinta banget sama yang namanya permainan bola basket. Tapi sebenernya basket itu cuma hobi di mata kita. Jadi, kita nggak setuju kalo dibilang pecinta, pelaku, penggiat, apalagi pemain. Kita lebih suka disebut penikmat. Karena sejauh ini kita bertiga belum pernah sama sekali gabung ke sebuah tim yang serius apalagi profesional. Tapi jangan salah, kita pernah jadi juara satu kompetisi three on three tingkat SMU dulu. Waktu itu kita bawa harum nama sekolah walaupun kita bukan anggota tim basket sekolah. Justru mereka gugur di putaran perempat final. Tapi anehnya mereka nggak pernah ngajak kita gabung. Hehe, mungkin gara-gara waktu itu mereka kita permalukan di depan murid satu sekolah. Mereka kalah telak dari kita sampe seperempat angka dari yang kita dapet. Hahaha…waktu itu kita nikamatin banget saat-saat kita ngalahin mereka. Kita emang nggak suka sama sebagian besar dari mereka. Mereka terlalu sombong, seolah-olah cuma mereka yang bisa main basket.
Eh iya, maap ya jadi ngelantur. Tadi aku masih serita soal basket. Di kmpus juga kita bukan anggota tim basket kampus. Mmm, Satria Biru namanya. Tahu nih, kita tuh sebenernya agak males ikut-ikut tim yang serius. Tapi itu nggak menutup kmungkinan kita untuk gabung nanti. Mungkin belum kepikiran aja.


I
Basecamp - Day
Keika


Wah, siang ini aku harus nyiapin buat rapat nanti sore. Kira-kira si degha lagi ngapain ya. Tuh anak udah bikin pengumuman rapat belom ya? Degha sering banget lupa. Waktu itu aja pernah kejadian aku udah nyiapin buat rapat, eh….gara-gara dia lupa bikin pengumuman, akhirnya pas rapat anak-anak anggota tim nggak ada yang dateng satu pun. Yang ada cuma kita berdua. Dasar Degha.
“Degha..! Nanti jadi kan kita rapat!? Lo udah bikin pengumuman kan!?”
“Aduh berisik banget sih lo nyet! Gue lagi ngantuk berat nih! Mending teriakan lo bagus. Jadi.. jadi. Eh iya, lo jangan lupa beli air minum ya!”
“Air minum? Buat apaan?”
“Buat mandiin lo! Supaya lo sedikit lebih bersih. Ya buat buat diminum atuh, Oneng!”
“Abis mah nggak. Cuma tadi air galonnya gue pindahin ke kamar mandi. Emang lo nggak tau kalo kamar mandi kita kerannya ngadat lagi?”
“Ah bete! Gue nggak jadi mandi dong!”
“Hah, lo beneran belom mandi?! Gila lo ya! Ada gitu cewek kayak gini? Kasian buat calon cowok lo.”
“Eh, kurang ajar! Gue tuh bukannya nggak mau mandi. Tapi dari tadi pagi sampe sekarang gue di kampus, selalu aja, urusan inilah.. urusan itulah. Pusing gue lama-lama!”
“Oh gitu! Bilang dong dari tadi Babe! Maafin aku ya! Kamu tetep cantik kok walaupun nggak mandi!”
“Ihh, apaan sih lo? Mulai deh, mulai! Saudara Degha, udah berapakali saya bilang sama anda bahwa yang namanya orang cantik nggak akan pernah jadi jelek, begitupun sebaliknya, yang namanya orang jelek nggak akan pernah jadi cakep. Contohnya anda! Yuk ah, saya permisi dulu! Bye!”
“Sialan lo! Woy, belinya yang merek murah aja! Jangan pake lama!”
“Bawel…!”


II
Kantin - Day
Amar


Jam segini kita selalu nongkrong di kantin. Aku ini pecinta makan lho. Segala jenis makanan aku makan. Dengan kata lain nggak ad makanan yang aku nggak doyan. Eh, bukan cuma aku aja, tapi si Galang sama si Revi juga sama-sama tukang makan. Nambah lagi kan bukti kekompakan kita bertiga.
“Aduh, mana sih buku gue yang baru beli kemaren? Mana belom dibaca sama sekali! Aarrgh..” Galang kelihatan sibuk mencari-cari sesuatu.
“Kenapa sih lo Lang? Nyari buku apaan? Baru kali ini gue denger lo berurusan sama buku. Pindah aliran ceritanya nih!?”
“Ini buku keren Mar! Lo juga pasti belom baca! Waduh, sayang banget nih kalo ilang! Mana tuh buku langka!”
“Judulnya apaan? Terus covernya kayak gimana? Siapa tau gue bisa bantu lo!”
“Autobiography of Kareem Abdul Jabar! Warnanya abu-abu item! Gambarnya ya fotonya dia!”
“Udahlah ngomong-ngomong tuh pesenanlo udah dari tadi lo cemberutin aja! Makan dulu ajalah! Nanti kita bantuin nyarinya! Siapa tau ada di kamar gue! Semalem elo kan nginep di rumah gue!” jelas Amar sambil menikmati suapan terakhir nasi goring kambing kesukaannya.
“Iya ya, bener juga! Mudah-mudahan aja tuh buku ada di sana!”
“Eh Lang, kalo tuh buku ketemu gue pinjem ya!” Revi tiba-tiba muncul setelah membeli sebotol softdrink. Mungkin dia denger suara ributnya si Galang yang pusing nyariin buku barunya.
”Eh, Rev...kalo tuh buku ada, masa iya elo nggak gue kasih pinjem, kita kan sohib. Tapi sebelum itu, sebagai sohib yang baik elo harus bantuin gue nemuin tuh buku.”
”Ok, bro, tadi gue kan ngomongnya kalo udah ketemu. Tapi bener tuh kata si Amar, kemungkinan besar ada di rumah nya dia. Ntar kita cari di sana aja.” jawab Revi tanpa ekspresi.
Revi itu orangnya cute kata cewek-cewek kampus. Nggak cuma di kampus aja, dari SD juga dia selalu banyak fans. Mungkin karena sifatnya yang pendiem tapi ramah alias murah senyum. Kalo cewek-cewek itu disenyumin sama si Revi mendadak mereka jadi kayak orang mabok, ih, najis deh. Suka males kalo ngebayangin tingkah laku mereka, Revi...Revi! Tapi jangan salah, Revi itu udah punya pacar lho. Satu-satunya yang nggak jomblo diantara kita bertiga. Namanya Alyssa. Dia itu orang Perancis yang punya darah Jepang. Kalo soal cantik, jangan ditanya lagi. Si Alyssa ini di negaranya pernah jadi ratu kecantikan kota atau semacamnya gitu. Revi dulu pernah liburan lumayan lama ke Perancis. Nggak sengaja mereka di situ ketemu. Selanjutnya mereka chatting and telpon-telponan, terus jadian deh. Selama setahun kurang mereka jadian mereka beru ketemu dua kali. Pertama waktu mereka ketemu di Marseille sebelum jadian, kedua waktu Alyssa dateng ke Jakarta setelah mereka jadian. Kasihan si Revi ya! Tapi kalo tipe si Revi sih aku yakin dia santai-santai aja sama kondisi kayak gitu.
Beda kayak si Galang. Waktu itu dia punya pacar orang Surabaya. Padahal mereka udah bisa ketemuan kira-kira sebulan sekali, tapi tetep aja dia ngerasa bete sampe akhirnya dia mutusin cewek yang menurut aku ”ayu” banget tampangnya. Kebetulan tampang si Galang juga bisa dibilang nggak jelek, walaupun kulitnya paling gelap diantara kita bertiga, tapi juga nggak item sih.
Habis ini kita berencana menuju ke ‘my house’ tercinta. Sekalian bantuin Galang nyari bukunya. Sayang juga sih buku itu langka banget, harganya juga lumayan mahal. Dasar Galang.... diantara kita bertiga Galang emang paling sembrono. Tapi sebelumnya kita mau ke perpustakaan dulu. Ada buku yang harus kita cari buat ngerjain tugas kuliah.


III
Goes to Library - Day
Amar


Dari kantin menuju ke perpus harus motong jalan lewat hall baket kalo mau cepet. Daripada muter, kita lebih milih lewat jalan itu. Pas kita lewat hall basket kampus, kebetulan anak-anak Satria Biru lagi ada sesi latihan. Dan di situ Ada satu kejadian yang bikin si Galang kesel banget.
”Aow, sialan ni orang! Ngelempar bola nggak pake mata apa?” sambil kesel Galang langsung melempar bola itu ke ring basket. Semua orang di hall dibuatnya bengong karena ngelihat bola yang dilempar Galang masuk tepat ke dalam ring basket. Mereka terkagum-kagum karena Galang melemparnya dengan sebelah tangan dari luar garis out.
”Lang kenapa sih lo harus pamer kayak gitu? Biarin ajalah, mereka juga nggak sengaja!”
”Santai dulu Mar! Cuma pamer dikit boleh dong! Lagian kayak tadi tuh bagus, biar mereka mikir dulu kalo mau ngelempar bola. Ya nggak Rev?”
Seperti biasa Revi cuma senyum nggak lebih. Emang senjata andalan si Galang adalah lemparan jarak jauh. Tapi bener juga sih si Galang barusan. Aku juga ngerasa anak-anak Satria Biru emang agak belagu. Terutama anak-anak tingkat 3. Tapi ada satu orang dari Satria Biru yang lumayan asik plus lumayan bagus mainnya. Kalo nggak salah namanya Degha. Katanya sih dia ketua UKM Satria Biru. Eh, katanya tim Satria Biru itu manajernya cewek lho. Anak tingkat 3 juga. Kayaknya sih bener. Soalnya tadi pas lewat hall emang ada cewek yang duduk di luar lapangan sambil megang stopwatch, ngalungin peluit lagi. Kayaknya sih emang dia orangnya. Hmm, apa karena itu makanya anak Satria Biru nggak pernah nyetak prestasi bagus? Emangnya nggak ada cowok yang becus apa buat ngelatih mereka. Hey guys.. apa ada yang salah sama kalian?
Udah ah ngomongin Satria Birunya. Sekarang aku mau balik ke rumah buat makan masakan mama, soalnya mama lagi di rumah, jarang-jarang lho... biasanya dia sibuk di butik. Abis itu baru deh nyari bukunya Galang. Aku? Nggak, kita bertiga maksudnya. Kebetulan hari ini Revi yang bawa mobil. Jadi kita bertiga naik mobilnya dia. Walaupun kita punya kendaraan sendiri-sendiri, tapi kita jarang banget bawa kendaraan masing-masing ke kampus. Kita sering gantian bawa kendaraan. Hari ini Revi, besok mungkin aku, besoknya lagi baru Galang, nanti Revi lagi, gitu seterusnya. Paling kalo salah satu dari kita ada urusan ”pribadi” baru kita bawa mobil sendiri-sendiri. Eh iya… ampir aja lupa. Kita kan mau ke perpus buat cari bahan tugas besok.
“Rev! Lo mau pinjem bukunya, atau mau liat doang terus nyari di toko buku?”
“Mmm, mungkin pilihan kedua deh! Soalnya mending punya sendiri daripada harus minjem terus! Ya nggak?!”
“Iya sih.. bener juga lo! Gue juga deh! Berarti kita pinjem dulu bukunya buat contoh, terus kita ke toko buku! Gimana tuh?”
Sementara si Galang malah asyik dengerin mp3 pake ipod. Dasar! “Lang! Woy!”
“Hah? Apaan? Terserah lo pada deh! Gue mah idem aja! Kemana kita? Langsung goes to Ur home? Wuih, gue kangen masakan nyokaplo nih! Slrrrp.. mmm!”
“Eeeh, nih orang, malah mikirin makan! Tugas dulu Man! Abis dari sini kita mau ke toko buku nyari buku buat tugas besok!”
“Oooh, nyari buku! Eh, ntar dulu, jangan sekarang deh, mending ntar sore aja! Sekarang kita makan dulu aja di rumah lo! Nyari buku gue dulu kek! Ok..Ok?!!”
“Lo kan tadi udah makan Lang!? Masa lo mau langsung makan lagi?” potong Revi yang keliatannya mulai bingung sama alesannya Galang.
“Nggak tahu nih Rev! Mendadak perut gue laper lagi! Apalagi kalo ngebayangin pepes ikan bikinan nyokapnya Amar! Jadi, mending kita makan dulu aja!”
“Brengsek lo Lang, gue jadi ikut-ikutan laper! Yaudah Rev, kita ke rumah gue aja dulu! Nanti sore baru kita ke toko buku!”
“Ok.. no problem gue sih! Berarti makan dulu nih?! Hehe..”
Mom, I’m coming.. I mean.. we’re. Pasti mama bikin pepes gurame asem manis “mantap” kesukaan kita. Thanks God for giving me a great Mom.


IV
At Our Basketball Hall - Day
Keika


Damn! Siapa sih tadi? Kok kayak baru liat ya?! Apa mereka anak kampus ini? Gila, tadi tuh udah kayak pemain basket profesional aja. Cara dia ngelempar, itu pasti bukan kebetulan. Gerakannya kayak yang udah biasa banget. Tapi bukan cuma dia.. yang dua lagi juga keliatan kayak pemain basket. Dari posturnya tuh pas banget buat jadi pemain basket. Tapi, kalo anak kampus ini, kenapa gue nggak pernah liat ya? Terus kalo mereka emang jago atau paling nggak “bisa” main basket, kenapa dulu pas perekrutan nggak ikutan? Gue harus cari tahu siapa mereka. Tapi barusan gue tanya sama anak-anak tingkat tiga, mereka juga nggak tau. Degha juga nggak. Ah, kalo emang bener mereka anak kampus ini pasti ada yang kenal lah sama mereka bertiga. Mmmm… nah, gue tau.. anak senat pasti tahu. Paling nggak mereka kan ngurusin ospek. Jadi kalo emang mereka bertiga anak sini, berarti kan kemungkinan besar ikutan ospek dan setidaknya anak senat pasti tahu walaupun cuma tampangnya doang. Tapi gue nanyanya harus pas ada mereka bertiga. Terus kapan gue ketemu mereka lagi? ….Ah, bego banget gue. Kalo mereka bener anak sini kan pasti mereka bakal sering ada di sekitar kampus ini. Tinggal gue cari aja. Masa sih nggak ketemu?! Kalo udah ketemu, langsung aja tanya ke yang bersangkutan. Pokoknya gue yakin mereka bertiga tuh emang bener “pemain” basket. Dan gue bakal ngajak mereka gabung di Satria Biru.
“Ka! Woy, Ka! Gila lo! Cakep-cakep bengong melongo lagi! Kenapa lo?” tiba-tiba aja Degha dateng.
“Ah, elo! Gue lagi mikirin anak-anak yang tadi!”
“Yang tadi? Yang mana sih maksud lo?”
“Itu lho, yang tadi syuting dari luar garis out! Yang kepalanya kena bola!”
“Oh iya, iya, tahu gue! Maksud lo, lo kagum sama lemparannya dia? Itu mah paling cuma kebetulan doang!”
“Tapi Gha, gue yakin tadi tuh bukan kebetulan! Dari cara dia ngelempar tuh keliatan banget kalo dia tuh udah sering ngelakuin hal itu! Berarti ada kemungkinan dia juga yaa paling nggak “bisa” main basket! Dan dua temennya juga punya potongan kayak pemain basket banget! Lo liat nggak tadi tinggi badan mereka? Tower (pemain paling jangkung) yang kita punya aja nggak setinggi mereka! Postur mereka tuh kayak pemain basket yang udah jadi!”
“Kalo soal tinggi, gue akuin emang mereka jangkung-jangkung, tapi kalo soal jago gue nggak yakin!”
“Justru intinya tuh postur mereka! Kalo soal cara main sih bisa dibentuk! Gue kan udah pernah bilang sama lo, kalo kita tuh butuh pemain jangkung yang posturnya ideal, jadi ngebentuknya enak!”
“Jadi maksud lo, lo mau ngerekrut mereka ke tim kita?!”
“Tepat banget Nyet! Tapi masalahnya dia tuh anak sini atau bukan!”
“Ya lo cari tahu aja! Tapi jujur, gue nggak suka sama tingkah mereka tadi yang sok pamer! Mana tampangnya sok cool gitu lagi! Jadi nggak segampang itu gue nyetujuin niat lo!”
“Ah, itu mah elo aja yang iri ngeliat mereka!”
“Sialan lo! Siapa yang ngiri! Gue emang lebih jago dari mereka kok!”
“Ok! Gue akan buktiin kalo feeling gue tuh bener! Lo bakalan nyesel kalo nggak ikutin saran gue!”
“Nggak bakal Honey!”
“Wueek… najis lo! Mulai deeh!”


V
At Amar’s House - Day
Amar


“Hi Mom! Anakmu tercinta datang!”
“Siang Mi!” Galang dan Revi menyusul di belakang.
“Halo! Siang! Waduh, anak-anak mama udah pada pulang! Gimana di kampus?”
“Yah, gitu-gitu aja Mi! Nggak ada yang spesial!”
“Ada kok Mom! Tadi ada kejadian lucu! Ada yang kepalanya kena bola basket gitu!”
“Apaan sih lo! Lucu??”
“Kamu Lang, yang kena bola?”
“Iya gitu deh Mi! Kan dia yang langsung berusaha membela diri!” selak Revi sambil mencium tangan Mama.
“Iya udah lah! Nggak usah dibahas lagi! Mi, ngomong-ngomong ada harum yang nggak asing nih! Hehe!”
“Lang, Lang! Kamu ini tahu aja kalo Mami masak pepes ikan gurame kesukaan kalian!”
“Kurang Mi! Lebih tepatnya Pepes Gurame Mantap!” tambah Revi.
“Iya, iya! Terserah kalian deh! Yaudah, sekarang kalian cuci tangan terus ke ruang makan! Pepes Gurame Mantapnya udah nunggu tuh! Masih anget lho!”
“Ok, bos!” jawab kami serentak.
Oh iya, aku lupa nyeritain ya? Galang sama Revi emang udah akrab banget sama Mama. Mereka biasa manggil Mami, biar beda tapi tetep sejajar sama aku. Mama juga udah nganggep mereka kayak anak kandungnya sendiri. Wajar aja, mereka berdua jauh dari figur seorang ibu. Orang tua Revi tinggal di Berlin. Mereka punya bisnis di sana. Belom tentu setaun sekali mereka pulang. Walaupun secara materiil Revi sangat nggak kekurangan, tapi tetep aja, nggak ada yang bisa ngegantiin kasih sayang orang tua termasuk harta yang berlimpah sekalipun. Sementara Galang, dia udah ditinggal ibu kandungnya dari masih kecil. Kanker payudara udah ngerenggut figur ibu dari hidupnya. Sedangkan bokapnya terlalu sibuk sama bisnisnya plus mungkin “perempuan lain”. Dan aku pun nggak keberatan untuk berbagi kasih sayang Mama sama mereka berdua.
Kayaknya abis makan kita bakal nyari bukunya Galang dulu, sebelom kita keluar buat nyari buku kuliah. Wah, Pepes Gurame Mantap emang “mantap”. Nggak ada duanya deh. Apa sih tadi judulnya… oh iya, The Autobiography of Kareem Abdul Jabar. Kayaknya tadi pagi sebelom berangkat ke kampus, aku sempet ngeliat di kamar mandi. Tapi kamar mandi mana ya? Di rumah ini soalnya ada enam kamar mandi.. ???*($*@%#)&???



1st Quarter


VI
At Campus - Morning
Keika



Waduh, mampus gue! Telat deh nih! Dodol! Nih gara-gara si Degha ngajakin gue clubing segala! Akhh, kapok gue! Ogah deh gue dugem-dugem lagi! Dasar clubers sok “gaul”! Mana hari ini ada kuis lagi! Mati gue, matiii! Damn, Degha!
Kayaknya gue nggak bakal boleh masuk nih. Yah, paling kalo gue nggak boleh masuk nongkrong lagi di basecamp. Eh, ngomong-ngomong tuh anak masuk nggak ya? Ah, paling juga datengnya lebih siang dari gue.
Oh iya, kalo gue nggak boleh masuk kelas mending gue hunting informasi si tiga orang misterius itu. Atau siapa tahu bisa langsung ketemu mereka. Tapi lumayan juga nih. Soalnya nih kampus punya delapan bangunan plus empat area. Gedung fikom, fisip, tehnik, MIPA, ekonomi, sastra, hall basket, auditorium, parkiran, kantin, lapangan, taman, aaaaarrgghhh. Tapi, mau nggak mau harus gue jelajahin nih kampus buat nyari mereka bertiga. Demi Satria Biru.
Eh, tuh dia si Dodol. “Eh, kunyuk! Gara-gara semalem lo maksa-maksa gue ikut clubbing, gue jadi telat nih! Kemungkinan gede gue nggak boleh masuk tahu nggak!”
“Hehe! Sory, sory! Tapi emang udah ada kepastiannya kok! Lo nggak bakalan boleh masuk! Gue aja yang dateng lebih dulu dari lo nggak diijinin! Apalagi elo! Sabar ya Nyet!”
“Tuh kan! Elo sih ahh! Gue kena bikin surat pengajuan kuis susulan dong! Atau nggak tugas penganti deh! Bete!”
Hmm, hari ini aku percuma bangun pagi-pagi. Mana udah buru-buru sampe ngos-ngosan gini, eh, nggak diijinin masuk gara-gara telat. Yah, mau gimana lagi, emang aku juga yang salah. Paling hari ini ngurusin perekrutan anggota baru Satra Biru.
Oh iya, masih ada waktu sekitar dua jam buat nyari tiga orang misterius itu. Mudah-mudahan hari ini bisa ketemu. Kalo nggak, berarti mereka bukan anak kampus ini. Eh, by the way laper juga nih. Ke kantin dulu ah, makan gado-gado jam segini kayaknya nikmat nih.


VII
Kantin - Day
Amar

Yeah, beres juga kuliahnya. Nggak tahu kenapa hari ini aku ngerasa excited banget. Mau ada hal menyenangkan apa ya? Dapet duit kali ya?! Hahaha.. Ya, mudah-mudahan aja bener bakal ada hal menyenangkan. Apa ajalah, yang penting.. I’M VERY HAPPY TODAY! I don’t know but it doesn’t matter cause I believe that God always bring the best to all over his creature!
Ngomong-ngomong hari ini aku cuma ada satu kuliah. Ngapain ya enaknya? Seneng juga ngeliat si Galang udah nggak bete lagi. Setelah semalem buku kesayangannya berhasil kita temuin dia balik lagi seperti Galang yang biasanya. Tuh orang sebenernya periang banget. Tapi kalo lagi ada masalah, bisa berubah jadi nyebelin. Untung ada orang kayak dia diantara kita bertiga. Hari-hari kita jadi sedikit ada warna. Hehe, males juga ngomong kayak gini sebenernya. Tapi untung nggak di depan orangnya.
Sementara itu si Revi selalu sibuk dengan ke-cool-annya. Tapi dia salah satu cool guy sejati, alias nggak dibuat-buat. Dari tadi tuh orang sibuk browsing pake notebook. Sadar nggak ya dia kalo di sekitar dia ada banyak cewek yang merhatiin dia terus. Sebenernya sih nggak cuma dia, tapi dia itu yang paling banyak diminati sama cewek-cewek kampus. Mungkin karena senyum manisnya itu kali ya? Karena walaupun dia itu pendiem tapi tetep murah senyum sama orang. Berarti bukan cool guy sejati dong?
Beda sama aku. Menurut pengakuan Galang, antara aku dan Revi tuh beda tipis. Sama-sama diem, tapi kalo Revi murah senyum, sedangkan aku no expression. Hei, is that mean akulah si Cool Guy sejati? Hehe, whatever!
Anyway, udah lama juga ya kita bertiga nggak main basket. Kurang labih udah dua minggu kita nggak main. Padahal biasanya kita rutin main basket seminggu tiga kali. Kebetulan kita bertiga punya fasilitas tersebut di rumah masing-masing. Tapi, paling sering kita main di tempatku, nggak tahu kenapa. Mungkin tempatnya paling keren kali ya!? Hmm, jadi kepingin nambah tropi kejuaraan lagi. Walaupun kita nggak pernah gabung ke tim basket manapun, kita pernah dua kali ikut kejuaraan Three on Three dan kedua-duanya kita jadi juara pertama. Haha.. lumayanlah! Eh, ngomong melulu dari tadi sampe lupa pesenan udah jadi.
“Lang, gue jadi pingin main basket lagi nih! Udah lama juga kan?!”
“Latihan maksud lo? Iya sih kangen juga nih!”
“Lebih dari itu! Kalo bisa mah ikut kompetisi gitu! Sayang juga kan bakat lo nggak disalurin!”
“Iya ya! Bener juga lo! Tahu aja lo kalo gue pemain basket berbakat! Apa gara-gara kejadian kemarin lo jadi kengen main basket?”
“Sebenernya sih dari sebelom itu juga udah kepikiran! Tapi ya kemarin itu jadi nambah kepingin lagi! Gimana nih Rev?”
“Bener juga tuh Mar! Gue juga lumayan kangen juga main basket! Ayolah kita mulai lagi! Udah lama nih kita nggak ngedunk-ngedunk lagi! Masih bisa nggak lo freestyle slam dunknya Michael Jordan?”
“Walking in The Air maksud lo? Kenapa emangnya? Penasaran pingin ngajak gue duel freestyle?”
“Ya, ada juga sih hasrat buat ngalahin lo lagi!Haha.. !”
“Alah, itu juga cuma sekali lo bisa ngalahin gue!”
“Udah ntar sore kita latihan di tempat lo Mar! Ok? Tapi ngomongin soal kompetisi, kapan ya ada lagi? Gue pingin nyetak prestasi lagi nih!”


VIII
Kantin - Day
Keika


“Aduh lama juga nih ngomong-ngomong pesenan gue! Tumben-tumbenan kayak gini! Come on! Ni perut udah keroncongan dari tadi nih!”
Hei, wait a minute! Itu kan anak yang kemarin. Wah, dua temennya juga ada lagi. Ternyata bener juga. Mereka lagi makan di sini berarti kuliah di sini. Yeah, gue nggak salah. Setelah diperhatiin lagi emang bener potongan mereka tuh kayak pemain basket banget. Keren! Pokoknya aku bakal buktiin ke Degha kalo prediksi aku tuh bener. Aduh gimana ya negurnya? Ngomong apaan nih? Duh, kok aku jadi nervous gini ya? Ok, tarik nafas dalem-dalem. Hffhhh, come on Keika!


Keika + Amar

“Hai, boleh duduk di sini?”
“Eh, iya silakan aja!”
“Anak kampus sini juga ya?”
“Keliatannya?”
“Ya, kan bisa aja lo anak luar tapi numpang makan di sini!”
“Kurang kerjaan amat!”
“Iya kok! Kita anak kampus sini! Lo juga kan? Fakultas apa?” Galang langsung motong pembicaraan.
“Iya, gue anak FIKOM semester lima! Elo? Eh, naksudnya kalian?”
“Kita anak tehnik! Tepatnya tehnik industri semester tiga!”
“Maksudnya kalian bertiga sama?”
“Iyalah! Masa kita berempat? Satu lagi siapa? Haha..!”
“Eh iya! Sory! Lo lucu juga!”
“Sory ya dua temen gue ini emang kayak gini orangnya! Ntar juga nggak kalo udah deket mah!”
“Oh, nggak apa-apa kok! Gue nyantai aja! Ngomong-ngomong, shooting lo kemarin boleh juga!”
“Oh, lo ada di situ ya? Ah, biasa aja kok! Jadi malu nih!”
“Tapi beneran kok! Nggak banyak orang yang bisa kayak gitu! Gue yakin lo udah biasa kan?”
“Apa? Shooting kayak gitu? Ya, nggak juga sih! Cuma emang kita doyan main basket! Kenapa emangnya?”
“Bentar, kita? Maksudnya kalian bertiga hobi main basket? Kebetulan, gue manajer tim basket kampus namanya Satria Biru!”
“Kita tahu kok! Lo kemarin kan ada di pinggir lapangan sambil megang stop watch sama peluit!” selak Amar.
“Iya, kebetulan kami mau ngadain perekrutan! So, kalian ikut aja?! Gimana?”
“Gimana ya? Seru juga sih! Mar, menurut lo?”
Tiba-tiba Revi mulai gabung setelah dari tadi sibuk sama notebooknya. “Kapan sih?”
“Gelombang pertama sore ini! Besok lusa juga ada lagi! Nanti kalian akan diseleksi siapa yang cocok dan memenuhi kriteria kita! Udah ikut aja.. ya!”
“Lang, Rev, lo berdua yakin?”
“Come on Mar! Santai ajalah! Kita kan juga belom tentu kepilih! Ya nggak Rev?”
Revi cuma ngangguk sambil balik lagi fokus ke notebooknya. Dia sih orangnya nyantai dan selalu mengikuti arus. Tipe follower lebih tepatnya.
“Masa harus gue yang ngambil keputusan? Terserah kalian aja!”
“Ya kita kan nggak bakal ikutan kalo lo nggak ikut!”
“Yaudah deh gue ikut! Demi kalian!”
“Hahaha..gitu dong Nyet! Dari tadi kek! Ok deh Mba, eh, Teh, Kak! Kita ikut!”
“Keika! Nama gue Keika! Bentar gue ambil formulirnya dulu! Nih, kalian isi dulu ya sekarang!”


Keika

Yes, akhirnya aku tahu siapa mereka. Bener juga kan prdiksi aku tentang mereka. Bukan cuma itu, pertemuan tadi sekaligus membuahkan hasil. Mereka bakal gabung ke tim Satria Biru. Aku sih yakin banget mereka bakal lolos seleksi. Kemungkinannya kecil banget mereka nggak kepilih. Wah, jadi nggak sabar nih ngelihat aksi mereka nanti sore.
Tapi ngomong-ngomong, cowok yang aku tegur pertama jutek banget sih. Bete juga digituin. Tapi dia yang seolah-olah leadernya mereka. Soalnya dua temennya tadi nunggu keputusan tuh orang sebelom mutusin gabung. Yang satu lagi juga, dieeem aja, cuma sekali doang ngomong. Kalo yang kemarin shooting dari luar lapangan sih lumayan asyik orangnya. Ya, bisa dibilang cuma dia aja yang wellcome. Hmm, setelah ngelihat dari deket, mereka bertiga cakep juga, unik, and kompak lagi. Bener-bener perpaduan yang klop. Yang satu cool, satu lagi cute and shy typical I guess, dan terakhir nice and friendly. Tiga personal berbeda dengan tampang yang sama-sama cakep plus potongan body pemain basket and I’m sure they’ve good in played too.
Oh iya, aku harus ke basecamp nih, ketemu Degha. Nanti sore kan kita mau ada perekrutan. Aku harus nyiapin materi test and selection calon anggota. Tuh anak udah siap fisik sama mental nggak ya? Soalnya dia bilang mau ngetest man to man di lapangan buat tiap calon anggota yang punya nilai test bagus. Gimana jadinya ya kalo dia duel sama salah satu dari anak-anak tadi? Dia kan lebih pendek dari mereka bertiga. Lumayan jauh lagi bedanya. Tapi Degha itu lumayan bagus tehnik and fisiknya. Kemungkinan juga dia bisa menang atau walaupun kalah paling selisihya nggak jauh. Beruntung juga sih Satria Biru punya ketua plus play maker kayak Degha. Tapi kalo dipaduin sama tig anak tadi kayaknya bakalan seru. Mudah-mudahan juga ada new talent yang bermunculan selain anak-anak tingkat dua tadi. Dari angkatan baru siapa tahu? I hope so! Cool! Satria Biru The New Generation would begin!


Amar

Hmm, Satria Biru.. Kayak nama dongeng aja. Lucu juga sih. Kesannya kita-kita nanti adalah pasukan satria berjubah biru. Hihihi.. bener nggak ya keputusan aku buat gabung sama mereka? Padahal aku paling nggak seneng ngeliat lagak-lagak mereka. Eh, aku malah mau gabung sama mereka. Tapi nggak apa-apa deh. Kan sayang juga kalo bakat dan hobi kita nggak disalurin ke hal yang bermanfaat. Mudah-mudahan aja kita bisa cocok sama mereka. Oh iya, kita harus ikut seleksi dulu. Keterima apa nggaknya ya tergantung hasil seleksi. Jujur sih, aku sebenernya yakin sama kemampuan kita bertiga. Masa sih satu pun nggak ada yang lolos. Percuma dong pengabdian kita selama ini untuk olahraga bola basket.
Eh, by the way manajernya kok kayak gitu ya? Fisiknya nggak kayak yang jago main basket. Apa dia Cuma jago teori aja? Makanya Satria Biru nggak pernah ngeraih prestasi. Payah! Kalo dilihat dia lebih cocok jalan di catwalk atau nggak mejeng di etalase butik.
Si Galang keliatannya semangat banget masuk tim Satria Biru. Padahal dia sempet kesel banget sama anak-anak Satria Biru. Hmm, paling gara-gara yang ngajak manajernya langsung. Naksir kali dia sama manajernya? Hehe... Dasar tuh orang! Nggak boleh ngeliat jidat licin dikit. Atau jangan-jangan dia mau pamer sama tuh anak-anak Satria Biru lagi. Whatever lah!

Kamis, 16 April 2009

Satria Biru

Warming Up
Keika’s Mind

Hai! Aku Keika. Pagi ini lumayan cerah ya!. Mungkin hari ini akan terjadi sesuatu yang menyenangkan. Mudah-mudahan aja itu bener. Soalnya udah beberapa hari ini aku harus pusing mikirin tugas kuliah yang numpuk dari minggu lalu. Parahnya satu pun belum ada yang beres. Huffh.. kenapa sih harus sebanyak ini? Tugas sih tugas, tapi kira-kira juga dong Pak, Bu. Aktifitas kita kan bukan cuma kuliah aja. Belum urusan ini, belum urusan itu, aarrrgh… Ups, maaf, mungkin aku terlalu berlebihan. Sampe di mana kita tadi? Oh, bukan cuma itu aja, hal lain yang juga bikin pusing banget adalah KEJUARAAN. Oh iya aku belum cerita ya?! Aku ini manajer Satria Biru. Kalian tahu Satria Biru? Nggak!? Oke, aku jelasin tentang Satria Biru.
Satria Biru merupakan UKM olahraga kampus aku. Salah satu jenis olahraga favorit anak muda kayak aku. Bola Basket. Pastinya sebagian dari kalian juga suka olahraga ini kan!? Jadi Satria Biru singkatnya adalah nama Tim Bola Basket Kampus aku. Posisi aku lumayan penting di Satria Biru. Tapi dalam cerita ini kita nggak ngebahas tim Satria Biru Putri. Karena emang nggak ada. Nggak tahu nih, di kampusku, cewek-ceweknya lebih seneng jadi cewek seperti cewek kebanyakan. Mereka terlalu feminim untuk main basket. Sebenernya aku pingin banget jadi pemain, tapi apa daya.. nggak bisa, atau tepatnya nggak boleh. Aku nggak diperbolehkan main di tim cowok. Tapi kayaknya wajar ya.
Cukuplah buat penjelasan apa itu Satria Biru. Sekarang aku mau cerita soal kejuaraan. Sampe saat ini aku masih bingung buat nyiapin tim. Jujur aja, aku sama sekali belum yakin sama materi pemain tim Satria Biru. Menurutku dari 14 pemain yang kita punya, cuma 30 % aja yang secara teknis mencukupi atau terbilang siap. Yang lainnya, nggak banget deh. Mereka seolah-olah hanya jadi pelengkap aja. Udah gitu, di tim kami yang memiliki tinggi badan standard hanya beberapa orang. Kami hampir sama sekali belum mempunyai pemain yang secara teknis bagus sekaligus punya tinggi badan memadai.
Oh iya, selain aku, ada satu lagi orang yang posisiya sangat penting dalam tim Satria Biru. Selain playmaker tim, dia itu juga merangkap sebagai ketua UKM Satria Biru. Namanya Degha. Dia orangnya garing banget. Dia doyan banget becanda. Mungkin terlalu berlebihan kalo inget peran dia sebagai ketua UKM. Biar begitu, dia itu pentolan di tim Saria Biru. Dia pemain yang paling lengkap secara teknis dan fisik. Mungkin cuma dia aja yang pantes disebut pemain basket. Apalagi model rambutnya. Pokoknya udah kayak pemain basket beneran. Ya, nyerempet sih.
Menurut Degha, tim Satria Biru emang lemah dalam hal teknis materi pemain. Dan dia bilang itu karena kurang latihan aja. Tapi kalo menurut aku, dikasih latihan kayak gimana juga nggak akan ada pengaruh. Emang dasar merekanya aja yang nggak berbakat. Apalagi kejuraan tingkat propinsi sebentar lagi. Walaupun kita latihan intensif, aku yakin masuk ke perempat final juga kita nggak akan bisa. Masa kita masang target cuma buat sampe perdelapan final aja. Aku sebenernya punya rencana buat ngadain perekrutan lagi. Kebetulan ini masih tahun ajaran baru. Kan banyak tuh mahasiswa baru yang hobi main basket. Siapa tahu aja mereka cocok buat ngegantiin pemain-pemain lama yang selama ini belum pernah ngukir prestasi. Aku liat banyak juga Maba cowok yang jangkung. Paling nggak mereka satu meter delapan puluhan.
Kebetulan kegiatan perekrutan emang udah jadi kegiatan tahunan. Tapi kali ini kita butuh cepet pemain-pemain baru yang emang bener-bener berbakat, buat langsung jadi tim inti. Huffhh, aku harap kali ini nggak sia-sia. Karena tahun-tahun sebelumnya, kita cuma dapet “simpatisan” aja, tapi nggak ada yang total di basket. Mudah-mudahan nggak deh, karena nggak tahu kenapa feeling aku mengatakan kalo perekrutan kali ini bakal membuahkan hasil. ….Mmm, kita liat aja nanti.

Amar’s Mind

Hei, aku Amar. Aku kuliah di……yang jelas satu tempat sama semua tokoh utama di cerita ini. Oiya, kata orang aku ini tipe cool guy. Mungkin karena aku selalu diem kali ya. Tapi aku sendiri nyadar juga kalo aku tuh dingin sama orang lain, terkecuali sama dua sahabatku. Galang dan Revi. Mungkin cuma sama mereka aku bisa terbuka dan nggak jadi dingin. Wajar aja, kita udah bertemen semenjak kita masih duduk di bangku SD. Udah kira-kira 10 tahun kita bareng. Selalu aja kita satu sekolah bahkan sampe kuliah pun kita masih bareng. Galang itu tipenya beda banget sama aku. Dia jauh lebih terbuka and supel alias gampang bergaul. Sedangkan Revi, dia nggak jauh beda sama aku. Walaupun gitu dia itu ramah banget. Itu yang agak beda sama aku yang cenderung jutek kalo ketemu orang yang nggak aku kenal. Sekalipun itu cewek yang cantik banget. Akibat bertemen sama dua orang pendiem, akhirnya si Galang jadi sedikit kebawa-bawa. Dia lebih milih bareng kita terus walaupun sebenernya dia bisa nyampur sama yang lain.
Walaupun kita beda-beda, tapi kita tuh kompak banget. Mulai dari tempat makan sampe ke hobi kita sama. Kita juga sering tidur bareng. Eh, ngomong-ngomong hobi, aku tadi belum ngasih tahu apa hobi kita ya?! Basket. Yup, kita brtiga cinta banget sama yang namanya permainan bola basket. Tapi sebenernya basket itu Cuma hobi di mata kita. Jdi kita nggak setuju kalo dibilang pecinta, pelaku, penggiat, apalagi pemain. Kita lebih suka disebut penikmat. Karena sejauh ini kita bertiga belum pernah sama sekali gabung ke sebuah tim yang serius apalagi profesional. Tapi jangan salah, kita pernah jadi juara satu kompetisi three on three tingkat SMU dulu. Waktu itu kita bawa harum nama sekolah walaupun kita bukan anggota tim basket sekolah. Justru mereka gugur di putaran perempat fnal. Tapi anehnya mereka nggak pernah ngajak kita gabung. Hehe, mungkin gara-gara waktu itu mereka kita permalui di depan murid satu sekolah. Mereka kalah telak dari kita sampe seperempat angka dari yang kita dapet. Hahaha…waktu itu kita nikamtin banget saat-saat kita ngalahin mereka. Kita emang nggak suka sama sebagian besar dari mereka. Mereka terlalu sombong, seolah-olah cuma mereka yang bisa main basket.
Eh iya, maap ya jadi ngelantur. Tadi aku masih serita soal basket. Di kmpus juga kita bukan anggota tim basket kampus. Mmm, Satria Biru namanya. Tahu nih, kita tuh sebenernya agak males ikut-ikut tim yang serius. Tapi itu nggak menutup kmungkinan kita untuk gabung nanti. Mungkin belum kepikiran aja.


I
Basecamp – Day
Keika


Wah, siang ini aku harus nyiapin buat rapat nanti sore. Kira-kira si degha lagi ngapain ya. Tuh anak udah bikin pengumuman rapat belom ya? Degha sering banget lupa. Waktu itu aja pernah kejadian aku udah nyiapin buat rapat, eh….gara-gara dia lupa bikin pengumuman, akhirnya pas rapat anak-anak anggota tim nggak ada yang dateng satu pun. Yang ada cuma kita berdua. Dasar Degha.
“Degha..! Nanti jadi kan kita rapat!? Lo udah bikin pengumuman kan!?”
“Aduh berisik banget sih lo nyet! Gue lagi ngantuk berat nih! Mending teriakan lo bagus. Jadi.. jadi. Eh iya, lo jangan lupa beli air minum ya!”
“Air minum? Buat apaan?”
“Buat mandiin lo! Supaya lo sedikit lebih bersih. Ya buat buat diminum atuh, Oneng!”
“Lho, bukannya masih ada? Kan gue kemaren baru beli yang galon! Masa udah abis lagi?”
“Abis mah nggak. Cuma tadi air galonnya gue pindahin ke kamar mandi. Emang lo nggak tau kalo kamar mandi kita kerannya ngadat lagi?”
“Ah bete! Gue nggak jadi mandi dong!”
“Hah, lo beneran belom mandi?! Gila lo ya! Ada gitu cewek kayak gini? Kasian buat calon cowok lo.”
“Eh, kurang ajar! Gue tuh bukannya nggak mau mandi. Tapi dari tadi pagi sampe sekarang gue di kampus, selalu aja, urusan inilah.. urusan itulah. Pusing gue lama-lama!”
“Oh gitu! Bilang dong dari tadi Babe! Maafin aku ya! Kamu tetep cantik kok walaupun nggak mandi!”
“Ihh, apaan sih lo? Mulai deh, mulai! Saudara Degha, udah berapakali saya bilang sama anda bahwa yang namanya orang cantik nggak akan pernah jadi jelek, begitupun sebaliknya, yang namanya orang jelek nggak akan pernah jadi cakep. Contohnya anda! Yuk ah, saya permisi dulu! Bye!”
“Sialan lo! Woy, belinya yang merek murah aja! Jangan pake lama!”
“Bawel…!”

II
Kantin – Day
Amar

Jam segini kita selalu nongkrong di kantin. Aku ini pecinta makan lho. Segala jenis makanan aku makan. Dengan kata lain nggak ad makanan yang aku nggak doyan. Eh, bukan cuma aku aja, tapi si Galang sama si Revi juga sama-sama tukang makan. Nambah lagi kan bukti kekompakan kita bertiga.
“Aduh, mana sih buku gue yang baru beli kemaren? Mana belom dibaca sama sekali! Aarrgh..” Galang kelihatan sibuk mencari-cari sesuatu.
“Kenapa sih lo Lang? Nyari buku apaan? Baru kali ini gue denger lo berurusan sama buku. Pindah aliran ceritanya nih!?”
“Ini buku keren Mar! Lo juga pasti belom baca! Waduh, sayang banget nih kalo ilang! Mana tuh buku langka!”
“Judulnya apaan? Terus covernya kayak gimana? Siapa tau gue bisa bantu lo!”
“Autobiography of Kareem Abdul Jabar! Warnanya abu-abu item! Gambarnya ya fotonya dia!”
“Udahlah ngomong-ngomong tuh pesenanlo udah dari tadi lo cemberutin aja! Makan dulu ajalah! Nanti kita bantuin nyarinya! Siapa tau ada di kamar gue! Semalem elo kan nginep di rumah gue!” jelas Amar sambil menikmati suapan terakhir nasi goring kambing kesukaannya.
“Iya ya, bener juga! Mudah-mudahan aja tuh buku ada di sana!”
“Eh Lang, kalo tuh buku ketemu gue pinjem ya!” Revi tiba-tiba muncul setelah membeli sebotol softdrink. Mungkin dia denger suara ributnya si Galang yang pusing nyariin buku barunya.
”Eh, Rev...kalo tuh buku ada, masa iya elo nggak gue kasih pinjem, kita kan sohib. Tapi sebelum itu, sebagai sohib yang baik elo harus bantuin gue nemuin tuh buku.”
”Ok, bro, tadi gue kan ngomongnya kalo udah ketemu. Tapi bener tuh kata si Amar, kemungkinan besar ada di rumah nya dia. Ntar kita cari di sana aja.” jawab Revi tanpa ekspresi.
Revi itu orangnya cute kata cewek-cewek kampus. Nggak cuma di kampus aja, dari SD juga dia selalu banyak fans. Mungkin karena sifatnya yang pendiem tapi ramah alias murah senyum. Kalo cewek-cewek itu disenyumin sama si Revi mendadak mereka jadi kayak orang mabok, ih, najis deh. Suka males kalo ngebayangin tingkah laku mereka. Revi, Revi, tapi jangan salah Revi itu udah punya pacar lho. Satu-satunya yang nggak jomblo diantara kita bertiga. Namanya Alyssa. Dia itu orang Perancis yang punya darah Jepang. Kalo soal cantik, jangan ditanya lagi. Si Alyssa ini di negaranya pernah jadi ratu kecantikan atau semacamnya gitu. Revi dulu pernah liburan lumayan lama ke Perancis. Nggak sengaja mereka di situ ketemu. Selanjutnya mereka chatting and telpon-telponan, terus jadian deh. Selama setahun kurang mereka jadian mereka beru ketemu dua kali. Pertama waktu mereka ketemu di Marseille sebelum jadian, kedua waktu Alyssa dateng ke Jakarta setelah mereka jadian. Kasihan si Revi ya! Tapi kalo tipe si Revi sih aku yakin dia santai-santai aja.
Beda kayak si Galang. Waktu itu dia punya pacar orang Surabaya. Padahal mereka udah bisa ketemuan kira-kira sebulan sekali, tapi tetep aja dia ngerasa bete sampe akhirnya dia mutusin cewek yang menurut aku ”ayu” banget tampangnya. Kebetulan tampang si Galang juga bisa dibilang nggak jelek, walaupun kulitnya agak gelap, tapi juga nggak item sih.
Habis ini kita berencana menuju ke my house tercinta. Sekalian bantuin Galang nyari bukunya. Sayang juga sih buku itu langka banget, harganya juga lumayan mahal. Dasar Galang.... diantara kita bertiga Galang emang paling sembrono. Tapi sebelomnya kita mau ke perpustakaan dulu. Ada buku yang harus kita cari buat ngerjain tugas kuliah.

III
Goes to Library - Day
Galang


Dari kantin menuju ke perpus harus motong jalan lewat hall baket kalo mau cepet. Daripada muter, kita lebih milih lewat jalan itu. Pas kita lewat hall basket kampus, kebetulan anak-anak Satria Biru lagi ada sesi latihan. Dan di situ Ada satu kejadian yang bikin si Galang kesel banget.
”Aow, sialan ni orang! Ngelempar bola nggak pake mata apa?” sambil kesel Galang langsung melempar bola itu ke ring basket. Semua orang di hall dibuatnya bengong karena ngelihat bola yang dilempar Galang masuk. Mereka terkagum karena Galang melemparnya dengan sebelah tangan dari luar garis out.
”Lang kenapa sih lo harus pamer kayak gitu? Biarin ajalah, mereka juga nggak sengaja!”
”Santai ajalah Mar! Cuma pamer dikit boleh dong! Lagian bagus, biar mereka mikir dulu kalo mau ngelempar bola. Ya nggak Rev?”
Seperti biasa Revi cuma senyum nggak lebih. Emang senjata andalan si Galang adalah lemparan jarak jauh. Tapi bener juga sih si Galang barusan. Aku juga ngerasa anak-anak Satria Biru emang agak belagu. Terutama anak-anak tingkat 3. Tapi ada satu orang dari Satria Biru yang lumayan asik and lumayan bagus mainnya. Kalo nggak salah namanya Degha. Katanya sih dia ketua UKM Satria Biru. Eh, katanya tim Satria Biru itu manajernya cewek lho. Anak tingkat 3 juga. Kayaknya sih bener. Soalnya tadi pas lewat hall emang ada cewek yang duduk di luar lapangan sambil megang stopwatch, ngalungin peluit lagi. Kayaknya sih emang dia orangnya. Hmm, apa karena itu makanya anak Satria Biru nggak pernah nyetak prestasi bagus? Emangnya nggak ada cowok yang becus apa buat ngelatih mereka. Hey guys.. apa ada yang salah sama kalian?
Udah ah ngomongin Satria Birunya. Sekarang aku mau balik ke rumah buat makan masakan mama, soalnya mama lagi di rumah, jarang-jarang lho... biasanya dia sibuk di butik. Abis itu baru deh nyari bukunya Galang. Aku? Nggak, kita bertiga maksudnya. Kebetulan hari ini Revi yang bawa mobil. Jadi kita bertiga naik mobilnya dia. Walaupun kita punya kendaraan sendiri-sendiri, tapi kita jarang banget bawa kendaraan masing-masing ke kampus. Kita sering gantian bawa kendaraan. Hari ini Revi, besok mungkin aku, besoknya lagi baru Galang, nanti Revi lagi, gitu seterusnya. Paling kalo salah satu dari kita ada urusan ”pribadi” baru kita bawa mobil sendiri-sendiri. Bersambung...

Selasa, 31 Maret 2009

Tokoh-Tokoh dan Sinopsis Satria Biru

Judul : “Satria Biru”
Jenre : Fiksi remaja
Seting Tempat : Jakarta
Seting Waktu : 2010

Tokoh-Tokoh Utama Dalam Cerita
• Amar. Seorang yang ambisius, dominan, dingin, dan sedikit tertutup. Ia lebih cocok disebut cuek daripada sombong. Berkulit tidak terlalu putih, berkepala plontos, serta memiliki tinggi 193 cm. Dalam tim Bola Basket Satria Biru, ia berperan sebagai center forward.

• Galang. Ia seorang yang sangat supel dan ramah. Akan tetapi, ia juga memiliki temperamen yang tinggi dan berwatak keras. Ia merupakan sahabat dekat Amar, karena hanya dia yang bisa mengerti Amar. Kulitnya sawo matang dan tingginya 192 cm. Bersama Amar ia bertindak sebagai ujung tombak serangan Satria Biru.

• Revi. Ia tipe “cute shy guy” yang sama sekali tidak banyak omong. Ia mempunyai banyak penggemar wanita, baik itu di dalam maupun di luar kampus. Ia lebih tinggi 8 cm dari Amar. Merupakan pemain paling jangkung dalam tim.

• Degha. “A comedian guy” yang cenderung “garing” tapi belum pernah menyadarinya. Namun sesungguhnya ia orang yang menyenangkan. Memiliki solidaritas tinggi terhadap teman-tamannya. Dengan model rambut corn row dan berkulit agak gelap, ia paling menyerupai pemain basket professional. Ia bertindak sebagai playmaker dalam Satria Biru. Tingginya 182 cm.

• Temy. Ia adalah “Richie” dalam kampus. Orang tuanya adalah konglomerat ternama. Seperti kebanyakan anak orang kaya lainnya, ia mempunyai karakter “playboy” dan senang pamer. Untung saja ia sangat royal sehingga tetap disukai teman-temannya. Dengan tinggi 185 cm ia menjadi guard yang tangguh dalam Satria Biru.

• Keika. Seorang yang cerdas, perfeksionis, namun menyenangkan. Ia satu-satunya kaum hawa dalam tim basket kampus. Kulitnya putih, berambut panjang lurus, dan bertubuh tinggi (untuk ukuran perempuan). Merupakan manajer sekaligus motivator yang handal dalam tim basket kampus.

SINOPSIS
“Satria Biru” merupakan tim bola basket kampus tempat Amar, Galang, Temy, Degha, Revi, dan Keika berkuliah. Tim ini termasuk dalam tim papan atas Liga Bola Basket Mahasiswa. Amar dan keempat temannya merupakan pemain andalan dalam tim. Sementara itu Keika adalah manajer tim sekaligus berjasa memberikan motivasi bagi teman-temannya. Mereka kecuali Degha adalah anggota baru dalam tim yang direkrut oleh Degha, ketua UKM, dan Keika selaku manajer tim Satria Biru.
Satria Biru akan menghadapi kejuaraan Bola Basket Mahasiswa tingkat propinsi di awal semester 3. Keika dan Degha mahasiswa tingkat 3 sibuk melakukan persiapan serta pembenahan dalam tubuh Satria Biru. Keika menganggap Satria Biru yang sekarang belum siap secara mental dan fisik untuk menghadapi kejuaraan. Oleh karenanya Degha menginstruksikan untuk mengadakan latihan intensif. Mereka juga mengadakan perekrutan untuk mahasiswa baru. Sementara itu Amar, Galang, dan Revi, mahasiswa tingkat 2, sebenarnya sangat menggemari permainan bola basket. Hanya saja mereka bukan anggota Satria Biru. Mereka menganggap permainan bola basket hanyalah hobi dan bukan untuk ditekuni. Keika dan Degha sama sekali tidak mengetahui tentang mereka bertiga. Wajar saja, dua diantara mereka bertiga yaitu Amar dan Revi jarang sekali bergaul di kampus. Sementara Galang terpaksa terbawa-bawa oleh kedua sahabatnya walaupun sebenarnya ia termasuk orang yang supel. Suatu waktu mereka bertiga melintas di pinggir lapangan saat Satria Biru sedang latihan. Tanpa sengaja bola mengenai kepala Galang. Karena kesal Galang sedikit pamer dengan memasukkan bola tersebut ring basket dengan satu tangan dari luar lapangan. Keika terkejut bukan hanya karena lemparan Galang tersebut namun juga karena melihat mereka bertiga yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata. Keika mengusulkan Degha untuk merekrut mereka bertiga. Degha awalnya ragu akan kemampuan Amar dan dua sahabatnya. Namun saat ia menantang untuk tanding “three on three”, mereka bertiga mengalahkannya dengan skor lumayan telak. Akhirnya Amar, Galang, serta Revi bergabung dengan Satria Biru. Di sinilah Satria Biru “yang baru” memulai prestasinya. Dengan kehadiran Amar dkk beserta pemain rekrutan dari mahasiswa angkatan baru, pertandingan demi pertandingan berhasil dilewatinya dengan mulus.
Di samping itu Keika jatuh hati kepada Amar yang bertipikal introvert guy serta berkarakter dingin. Sampai akhirnya Amar pun berhasil diluluhkan oleh keistimewaan yang dimiliki oleh Keika. Namun perjuangan cinta mereka tidak mulus begitu saja.
Satria Biru akhirnya bersiap menghadapi kejuaraan tingkat Nasional. Perjalanan mereka mengalami banyak hambatan dengan adanya persoalan pribadi masing-masing. Namun berkat perjuangan yang keras tim, Satria Biru pun keluar sebagai tim Bola Basket Kampus yang ditakuti.

Selasa, 24 Maret 2009

Saputangan dan Semut E11

Oleh : Rangga Permana

Hari ini Edi pulang sekolah sendirian. Sohib, sahabatnya yang biasa pulang bersamanya, hari itu sakit. Ia tidak masuk sekolah.
Edi menyusuri jalanan menuju rumahnya. Di sebuah warung makan di pinggir jalan, Edi melihat sebuah mobil. Walaupun kaca mobil itu tertutup, Edi bisa melihat seorang anak perempuan di dalamnya. Anak itu duduk sendirian di kursi belakang. Ia tampak gelisah, bahkan menangis.
Anak perempuan itu lalu tampak menutup wajahnya denagn sapu tangan. Secara tak sadar, Edi terus memperhatikan anak itu. Anak itu juga memperhatikan Edi. Ia seperti ingin berbicara sesuatu kepada Edi. Akan tetapi tiba-tiba muncul dua lelaki dewasa dari warung makan. Sepertinya mereka baru saja selesai makan.
Dua laki-laki dewasa itu masuk ke mobil itu. Yang satu menyetir, yang satunya lagi duduk di belakang, di sebelah anak itu. Mobil itu kemudian melaju meninggalkan tempat itu.
Edi baru sadar, ternyata ada sehelai saputangan tergeletak di jalan. Di sekitar tempat mobil tadi parker. Sapu tangan itu berwarna kuning dengan motif bunga. Tampak ada bordir nama Ariessa. Pasti sapu tangan ini molik anak tadi, gumam Edi dalam hati.
“Kalau bertemu anak perempuan itu lagi, akan aku kembalikan,” pikir Edi. Keesokan harinya, di sekolah, Edi mendengar kabar tentang penculikan. Edi langsung teringat pada anak yang kemari ia lihat. Ia semakin yakin kalau yang diculik adalah anak itu. Setelah ia melihat foto selebaran di pengumuman.
Wajah anak di foto itu, sama persis dengan yang dilihat Edi. Nama anak itu Ariessa. Sama seperti bordiran di sapu tangan yang ditemukan Edi.
“Duh sayang aku lupa mencatat nomor mobil itu,” sesal Edi.
“Mobil siapa, Di?” tanya Sohib penasaran.
Edi segera menceritakan pengalamannya kemarin.
“Oya, aku menemukan sesuatu di tempat kejadian itu!” kata Edi lagi.
Sepulang sekolah, Edi mengajak Sohib ke rumahnya. Ia mengeluarkan sapu tangan milik Ariessa. “Ini dia yang aku temukan.”
Sohib mengamati sapu tangan itu. Ia lalu menendusnya.
“Kok, bau kunyit, ya? Sepertinya, setelah makan, ia mengusap mulutnya dengan sapu tangan ini.”
Edi lalu berpikir, adakah petunjuk yang berhubungan denagn kunyit. Setelah berpikir beberapa saat, Edi masuk ke kamar mandi. Dibasuhnya sapu tangan itu dengan air sabun. Tiba-tiba muncul deretan huruf berwarna merah membentuk tulisan “Semut E11.”
“Semut?” gumam Edi dan Sohib bingung.
Beberapa saat kemudian, Sohib berkata, “Kalau tidak salah, Semut itu adalah kompleks yang ada di dekat kelurahan. Semesta Mutiara, sering disingkat jadi Semut.”
Sohib menjelaskan kepada Edi bahwa saputangan itu sengaja ditulis lalu mungkin terkena noda yang berasal dari makanan yang mengandung kunyit sehingga tulisan tersebut tidak terlihat. Memang kunyit mempunyai sifat bila dibasahi dengan sabun akan menimbulkan warna merah. Dan zat yang memerah itu mengendap mengikuti bentuk tulisan tersebut.
Edi berpikir, lalu berkata,”Kalau Semut itu nama kompleks Semesta Mutiara, berarti E11 adalah singkatan dari blok E nomor 11. Hib, kita harus mencari tahu dimana alamat ini.”
Keesokannya Edi dan Sohib pergi untuk mencari alamat Semut E11 itu. Mereka berencana untuk menyelidiki hubungan antara Semut E11 dengan penculikan anak perempuan yang diduga adalah anak yang Edi temui. Pencarian ini susah-susah gampang. Karena kebetulan kompleks Semesta Mutiara termasuk kompleks perumahan yang besar.Namun, akhirnya mereka pun menemukannya.
“Nah, akhirnya ketemu juga. Ternyata ini rumahnya Ed,” seru Sohib. Namun Edi terlihat seperti sedang bingung. “Kenapa kamu Ed?” tanya Sohib. “Ssst, coba kamu perhatikan rumah ini benar-benar!” bisik Edi. “Kenapa memangnya rumah ini?” tanya Sohib lagi sambil memperhatikan rumah itu. “Lihat, rumah ini seperti tidak berpenghuni!” jelas Edi. “Iya juga. Masa sudah capek-capek yang ketemu hanya sebuah rumah kosong.” gumam Sohib, sebelum menyadari sahabatnya sudah beranjak masuk ke dalam rumah. “Lho, Ed!” panggil Sohib sambil ikut bergegas mengikuti Edi.
“Rumah ini benar-benar kosong” bisik Edi kepada sahabatnya. “Ya memang ini rumah kosong. Bagaimana kamu ini?” tegas Sohib. Di dalam benaknya, Edi yakin bahwa pasti ada sesuatu dengan rumah itu. Lama kemudian dua sahabat itu keluar dan mampir untuk beristirahat di sebuah warung yang letaknya tidak jauh dari rumah itu. Edi masih penasaran dengan rumah itu. Sambil meneguk sebotol teh dingin ia tak melepaskan pandangannya dari rumah tersebut. Waktu terus berjalan, tak terasa hari beranjak gelap. Dua sahabat itu masih saja menunggu di warung dekat rumah misterius itu.
Alhasil, penantian dan penasaran Edi pun tak sia-sia. “Hib, lihat itu! Benar juga apa yang kupikir.” seru Edi kepada Sohib. Tampak tiga pria dewasa keluar dari rumah kosong itu. “Eh, itu kan pria yang aku lihat di warung makan tempo hari. Hib, itu yang berbaju coklat berambut agak panjang dan satu lagi mengenakan jaket kulit hitam dan berkacamata.” tambah Edi. “Kamu yakin?” tanya Sohib. “Yakin sekali Hib, kamu tahu kan penglihatan dan ingatanku cukup bagus,” jelas Edi meyakinkan sahabatnya.
Tiga pria dewasa itu tampak menunggu sesuatu. Tak lama kemudian, datang sebuah mobil yang mirip dengan mobil yang dilihat Edi saat pertemuan dengan anak perempuan itu. “Wah, terjawab sudah Hib. Aku yakin ini tempat penyekapan anak perempuan yang aku temui itu. Pasti ia ada di dalam mobil itu,” tegas Edi. Sohib pun langsung percaya dan kemudian mereka berdua perlahan mendekati rumah itu kembali.
“Tiga pria itu sudah tidak terlihat lagi. Mungkin sudah di dalam,” kata Edi. Terlihat mobil tadi sudah terparkir di garasi rumah kosong tersebut. Edi pun mengajak Sohib untuk mengendap-endap masuk untuk mendekati mobil tersebut. Edi mulai mengeluarkan secarik kertas dan sebatang pulpen lalu mencatat plat nomor mobil yang tampak kosong tersebut. Tanpa disengaja Edi menginjak sebuah kaleng bekas minuman. “Wah, celaka kita Ed! Bagaimana kamu ini?” seru Sohib. Ia pun langsung menarik Edi karena suara yang ditimbulkan tadi telah disadari oleh orang-orang di dalam rumah itu. “Lekas Ed! Kita bisa ketahuan.” gegas Sohib. Sambil menyelesaikan catatan nomor polisi mobil tadi Edi berlari di belakang Sahabatnya. Beruntung mereka merupakan atlit sepakbola sekolah sehingga dalam waktu singkat mereka pun sudah meninggalkan rumah itu sebelum orang-orang di dalamnya sempat melihat.
Malam itu mereka selamat. Akhirnya penyelidikan hari itu dihentikan sementara karena melihat waktu yang sudah larut. Apalagi setelah tindakan mereka hampir diketahui oleh orang-orang yang diduga penculik anak perempuan yang diberitakan. Namun penyelidikan belum berakhir sampai di situ. Esok hari mereka berdua berencana untuk kembali ke rumah itu dengan strategi yang lebih matang.
Hari itu Kamis tepatnya tanggal 13 November 2004 pukul 18.05 WIB. Seusai shalat Maghrib keduanya merencanakan strategi untuk penyelidikan tahap selanjutnya. Kali ini mereka menyiapkan kamera foto dan video. Berikut perlengkapan lain seperti senter, pisau lipat, serta senjata rahasia ciptaan Sohib, “Bom Asap Pedas”, juga mereka siapkan. Sohib memang dikenal jago dalam materi IPA di sekolah terutama kimia dan fisika. Ia juga merupakan anggota KIR ( Kelompok Ilmiah Remaja ) di sekolah yang paling banyak menciptakan karya-karya brilian. Kali ini mereka akan melakukan penyelidikan malam. Mereka berencana mencari petunjuk sebanyak-banyaknya atau bukan tidak mungkin sekaligus membebaskan anak perempuan yang diduga diculik tersebut.
Beberapa waktu kemudian mereka pun tiba di depan lokasi penyekapan. “Bagaimana Ed, kita langsung saja?” tanya Sohib. “Ssst, santai dulu Bro. Kita harus pantau dulu situasi rumah itu. Aku tidak mau penyelidikan kita kali ini sia-sia untuk kedua kalinya,” jelas Edi. “Lihat Ed, mereka keluar. Mau kemana mereka?” seru Sohib. “Siip, mereka meninggalkan rumah itu. Ini berarti kita bisa masuk dengan leluasa,” kata Edi. “Tapi ingat, mereka tidak membawa kendaraan, berarti perginya tidak akan lama. Kita harus cepat Ed,” tegas Sohib.
Sesaat mereka berdua pun sudah berada di dalam rumah kosong itu. Perhatian mereka langsung tertuju pada pintu belakang rumah tersebut. “Ayo Hib, kamu periksa kamar yang di kanan itu, biar aku periksa kamar depan,” bisik Edi. Setelah beberapa lama mereka berdua pun bertemu kembali di tempat semula. Ternyata mereka tidak menekukan hasil apa-apa. “Bagaimana ini? Masa tidak ada apa-apa? Tidak mungkin,” kata Sohib. Edi berpikir lalu berkata kepada Sohib, “Hib, aku yakin pasti ada petunjuk tentang anak perempuan itu.” Setelah beberapa waktu mereka mencoba mencari sesuatu yang bisa memberi titik terang ternyata tidak menghasilkan apa-apa. Akhirnya mereka pun keluar dari dalam rumah tersebut. Ketika melawati garasi mobil Sohib terhenti karena sesuatu yang mengganggunya. “Kenapa di sini bau sekali? Aneh! Apa kamu menciumnya Ed?” Tanya Sohib kepada sahabatnya. “Maksud kamu bau busuk ini? Sepertinya dari garasi ini sumbernya,” balas Edi. “Iya, maksud aku juga seperti itu.” Tambah Sohib. Bau busuk yang mereka cium ternyata berasal dari garasi mobil. Dan di situ terdapat mobil yang waktu itu dilihat Edi. “Kira-kira bau apa ini ya? Aneh?” tambah Sohi bingung. Seketika Edi tertarik kea rah mobil yang ada di garasi tersebut. Ia terus mengendus ke arah mobil itu. “Aku rasa bau itu berasal dari mobil ini,” kata Edi. “Benar juga, di sini tajam sekali,” tambah Sohib. Edi pun berusaha mencari-cari dari mana bau itu berasal. Edi terpandu oleh beberapa lalat yang beterbangan di sekitar bagasi belakang mobil. Berkat itu pula ia penasaran untuk membuka bagasi mobil tersebut. Karena menurutnya dari bagasi mobil itulah bau itu berasal, hingga banyak lalat yang beterbangan di sekitarnya. Edi lalu mengambil pisau lipat serba guna untuk mencoba membuka kunci bagasi mobil itu. Ia termasuk remaja yang tangkas dan cerdik, hal-hal seperti ini adalah yang disukainya, beraksi seperti detektif. Ia terus saja mencoba sampai akhirnya (klik), ia berhasil membukanya. Perlahan Edi membuka pintu bagasi tersebut. Benar saja, baru dibuka sedikit saja bau itu terasa semakin tejam dan menyengat.
“Astaga! Apa ini? Masya Allah!” serempak mereka berdua tersentak melihat isi bagasi tersebut. “Ini.. Mayat? Ed kamu kenal dia?” seru Sohib. “Dia.. dia.. dia kan anak perempuan yang aku lihat itu,” tegas Edi. “Si Ariessa korban penculikan itu? Dia kan yang kita cari Ed. Bagaimana ini? Apa yang harus kita perbuat?” tanya Sohib. Serentak mereka berdua panik. Lalu Edi pun menutup kembali pintu bagasi tersebut. “Ed, kita harus cepat pergi dari sini! Ayo Ed! Ini bukan lagi penculikan, ini pembunuhan!” seru Sohib kepada sahabatnya. Seketika Sohib langsung menarik Edi pergi meninggalkan tempat itu dan keluar dari rumah kosong tersebut. Namun Edi pun tidak bisa berbuat apa-apa, ia masih syok dengan apa yang dilihatnya barusan.
“Kenapa jadi begini? Mengapa setega itu mereka?” gumam Edi tidak percaya. “Sudahlah Ed! Justru kita harus berpikir mengapa ia bisa terbunuh? Apakah sengaja dibunuh atau apa? Aku rasa kita sudah kepalang basah,” jelas Sohib. “Kamu benar Hib. Kita harus sebera laporkan hal ini ke pihak yang berwajib,” jawab Edi. Seketika mereka menghubungi polisi dan menceritakan apa yang mereka lihat. Mereka juga memberi informasi-informasi penting kepada polisi. Akan tetapi, para penculik itu belum juga kembali sedari tadi. “Jangan-jangan para penculik itu sengaja pergi meninggalkan mayat itu di sini. Bisa saja kan mereka panik karena korban ternyata terbunuh tanpa disengaja, kemudian pergi tanpa berpikir panjang lagi,” jelas Edi.”
Tak lama kemudian polisi pun datang dan situasi ditangani dengan kondusif. Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit oleh kendaraan forensik untuk diotopsi dan rumah tersebut diisolir dengan garis polisi. Polisi akan terus menyelidiki penyebab terbunuhnya korban. Selain itu usaha pencarian para pelaku juga akan dilakukan. Edi dan Sohib menjadi saksi utama dalam kasus ini. Mereka bersedia membantu kepolisian untuk mengungkap kasus tersebut serta menangkap para pelakunya. Mereka tidak akan bias lolos karena data dan jejaknya sudah mampu dilacak oleh tim penyelidik.
Namun demikian, kasihan bagi keluarga korban, karena setelah sekian lama kehilangan seorang anak perempuan yang manis dan saat ketemu ternyata sudah tidak bernyawa. Kasihan juga Ariessa. Miris sekali nasibnya. Kalau kita flashback ke waktu pertemuan dengan Ariessa pertama kali, itu kira-kira tiga hari yang lalu, tepatnya hari Senin tanggal 10 November 2004. Ya, hari itu adalah di mana Edi pertama kali bertemu dengan seorang anak perempuan yang sedang duduk di sebuah mobil yang terparkir di dekat sebuah warung makan di jalan menuju ke rumah sepulang dari sekolah. Seorang anak yang manis bernama Ariessa, korban penculikan yang hidupnya harus berakhir dengan tragis.
Keesokan harinya polisi sudah dapat memastikan penyebab kematian Ariessa adalah karena kehabisan nafas tanpa luka luar maupun dalam ataupun bekas jeratan leher. Tim forensik kepolisian juga memperkirakan bahwa Ariessa sudah meninggal sejak lima hari yang lalu. Tunggu sebentar! Lima hari yang lalu?? Pertemuan dengan Ariessa pertama kali kan empat hari yang lalu! Apa mungkin yang Edi lihat adalah…..ARWAH ARIESSA!?

Selasa, 03 Maret 2009

Aku dan Dia


Aku terlahir dengan nama Aku. Aku adalah figur dari segala keegoisan aku. Aku mempunyai sekian banyak kegelapan masa lalu. Tapi aku juga mempunyai sekian banyak impian dan harapan. Aku bukanlah Aku yang dulu. Karena Aku yang dulu bukanlah aku yang telah menjadi aku sekarang. Aku sering berpikir mengapa ada Aku yang gelap di masa lalu sementara aku bisa menjadi Aku yang sekarang. Mungkin sebagian orang tidak akan percaya bila Aku yang dulu telah menjadi Aku yang sekarang. Atau bahkan sebaliknya sebagian orang tidak akan percaya akan adanya Aku yang dulu karena melihat Aku yang sekarang. Namun aku tidak lagi peduli dengan segala masa laluku. Karena aku yang sekarang bukanlah lagi Aku yang dulu. Dan kamu juga mereka harus percaya itu.
Aku adalah orang yang terobsesi untuk menjadi Aku yang lebih baik lagi dan lagi. Aku sedang melakukan segala upaya kerasku untuk mewujudkan itu. Hanya saja sebagian orang lagi-lagi menganggap remeh aku karena sudah mengenal aku yang dulu. Betapa kesalnya aku akan segala anggapan dan keraguan terhadap diriku.
Pada dasarnya aku adalah orang yang sulit untuk menerima kamu, mereka, dan dia. Bagiku aku adalah aku, bukan kamu, mereka, ataupun dia. Karena aku adalah Aku dengan segala ke-aku-anku.
Pada satu waktu aku bertemu dengan seseorang yang membuatku memikirkan kembali segala keegoisan diriku. Dia…. dia terlahir dengan nama Dia. Dia adalah figur dari segala keegoisan dia. Dia memiliki apa yang tidak kamu dan mereka miliki. Dia membuat aku ingin selalu melihat dia….bukan kamu….ataupun mereka. Aku yang selama ini tidak mempedulikan siapapun, akhirnya menaruh perhatian akan kehadiran Dia. Bahwa dia adalah Dia yang selalu aku ingin lihat…. Bahwa dia adalah Dia yang selalu aku ingin sentuh. Itu semua karena aku ingin dia….bukan kamu ataupun mereka.
Tetapi Dia adalah segala keegoisan dirinya. Dia tidak pernah melihat aku, kamu, dan mereka. Aku yang sudah bisa menerima kehadiran dia, ternyata harus berharap akan dia yang tidak pernah melihat siapapun, tidak terkecuali kamu ataupun mereka. Sungguh besarnya dia dimataku dengan segala ke-dia-annya. Sampai-sampai aku yang sudah mengurangi segala keegoisan aku tidak jua dilihatnya. Bagaimana dengan harapan akan dia ini? Akankah dia melihat aku?… Atau hanya aku saja yang selalu melihat dia? Sungguh aku ingin dia melihat aku seperti aku melihat dia. Atau paling tidak dia menaruh perhatian walau itu hanya sedikit saja akan keberadaan aku yang padahal selalu ada di dekatnya.
Untuk kesekian kalinya aku mendapat ketegasan bahwa dia adalah Dia dengan segala keegoisan dirinya….seperti halnya aku sebelum bertemu dia. Aku benar-benar tidak tahu kapan tiba waktunya saat dia mulai melihat aku….yang selalu berusaha untuk ada di dekatnya. Aku tidak tahu sampai kapan akan berharap. Aku adalah Aku yang selalu ada di belakang….di samping….tapi tidak pernah ada di depan dia. Untuk saat ini aku hanya bisa menunggu sampai saatnya tiba dia membalikkan badannya ke belakang atau mengalihkan pandangannya ke samping….karena aku tidak pernah bisa ada di hadapannya.



By : Rangga Permana

about...

Perempuan dan Cinta

Saat seorang laki-laki seperti layaknya manusia biasa mengalami yang namanya jatuh cinta, sesungguhnya ia sedang mencintai Sang Pencipta. Karena ia telah jatuh hati terhadap salah satu ciptaan Yang Maha Kuasa. Dengan mencintai dengan sepenuh hati seseorang ini, berarti manusia telah merasa bersyukur akan adanya cinta dan yang dicintainya. Ia sangat mensyukuri adanya Tuhan karena telah menghadirkan cinta di hatinya. Rasa syukurnya bertambah karena diciptakannya makhluk seindah yang sedang dicintainya. Sesuatu yang sungguh indah dan sangat menawan seolah-olah tidak ada lagi hal yang seindahnya. Sesuatu itu adalah…perempuan.
Ada banyak persepsi tentang perempuan. Bila kita sedang mencintai seorang Hawa, maka kita akan merasa terbuai oleh kehadirannya. Dan kita akan larut ke dalam peran di mana sang Hawa membawanya. Paling tidak kebanyakan laki-laki akan seperti itu. Bila sudah seperti ini, maka laki-laki akan berubah menjadi seseorang seperti dalam sebuah sandiwara dengan lakon “cinta”. Namun seperti apa peran dan ke arah mana alur cerita ini akan dimainkan, itu tergantung kita memposisikan sang perempuan tersebut.
Ada sekian posisi dari seorang perempuan dalam kehidupan kita. Semua ini akan menentukan kehidupan sang laki-laki selanjutnya bila ia sudah dinaungi perasaan cinta. Perempuan bisa saja menjadi racun yang akan membuat laki-laki lumpuh dan sekarat. Artinya di sini kehidupan seorang laki-laki akan hancur dengan kehadiran perempuan tersebut. Ini dikarenakan kita terlalu memposisikan perempuan sebagai sesuatu yang kuat dan berkuasa serta mempunyai pengaruh yang besar. Manakala perempuan bertindak sesukanya maka laki-laki akan berada dalam masa kritis.
Sebaiknya perempuan bisa saja menjadi obat yang akan manawar racun kekelaman masa lalu kita. Yang awalnya seorang laki-laki berada dalam kehampaan dan ketiada artian hidup, dengan hadirnya perempuan yang dicintainya maka kesegaran dan semangat baru akan tumbuh. Kita menjadi seperti menemukan sesuatu yang hilang dalam hidup kita sebelumnya. Perempuan seperti ini adalah sosok perempuan idaman tentunya bagi setiap laki-laki. Namun itu semua tergantung bagaimana kita menempatkan posisi sang perempuan tersebut dalam kehidupan kita. Karena secara kodrat laki-laki adalah calon pemimpin rumah tangga yang mempunyai tugas untuk memegang kemudi bahtera kehidupan sepasang manusia.
Perempuan bukan untuk ditaruh diatas kepala kita untuk selalu dijunjung dan dipuja. Perempuan juga bukan untuk diposisikan dibawah telapak kaki kita untuk diinjak dan dicaci. Tapi sayangilah perempuan seperti kita menyayangi adik kita. Hormatilah perempuan seperti kita menghormati ibu kita. Serta cintailah perempuan seperti kita mencintai diri kita sendiri. Perempuan dan cinta ada karena Tuhan ada, maka bersyukurlah kepada-Nya bila kita merasakan bahagia karena perempuan dan cinta…. Serta berserahlah kepada-Nya bila kita merasakan sakit karena perempuan dan cinta. Hidup adalah roda yang selalu berputar. Tangis hari ini bukan berarti tangis hari esok. Begitu pula sebaliknya. Dan setiap fenomena hidup akan selalu membawa hikmah. Tebarkanlah selalu senyumanmu wahai kaum laki-laki walaupun di saat sedih. Karena hanya kepada Tuhanlah kita patut menangis dan berserah diri.



By : Rangga Permana

Selasa, 03 Februari 2009

Harry Potter and the Chamber of Secrets


Judul Novel : Harry Potter dan Kamar Rahasia
Judul asli : Harry Potter and the Chamber of Secrets
Penulis : J.K. Rowling Alih bahasa: Listiana Srisanti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit ceakan ke-19 : 2007
Penerjemah : Listiana Srisanti
Ilustrator : Mary GrandPré (AS), Cliff Wright (UK)
Genre : Fiksi, Fantasi
Halaman : 432 halaman
Dimensi : 16x20 cm
Resensi : Rangga Permana

Mungkin anda tidak asing dengan penulis terkaya di dunia bernama J.K. Rowling. Novel-novel karangannyatentu anda sudah kenal terutama bagi yang menyukai Novel Harry Poter tidak akan asing lagi dan mungkin sudah hafal dengan serial “Kamar Rahasia”nya. Serial Harry Potter bisa dinikmati di film layar lebar. Namun bagi anda yang tidak suka dengan aktifitas nonton dan tidak sempat meluangkan waktu untuk filmnya, bagi anda yang ingin menggali lebih dalam dalam menulis cerpen dan kemudian Novel, akan menjadi contoh cara penyampaian sebuah novel yang bagus jalan ceritanya dan gaya ceritanya. Novel ini mendapat acungan jempol dari banyak orang termasuk saya.
Secara ringakas cerita di dalamnya mungkin seperti ini. Harry potter sedang liburan musim panas bersama keluarga Dursley yang menyebalkan karena perlakuan kasar yang diterima Harry. Dia ingin sekali kembali segera ke Sekolah Sihir Hogwarts. Namun tiba-tiba muncul makhluk aneh bernama Dobby, yang melarangnya kembali ke Hogwarts. Malapetaka akan terjadi bila Harry kembali kesana. Setelah dengan susah payah Harry potter dijemput temannya dengan sebuah mobil terbang dan sesampainya di Sekolah Hogwarts betul-betul terjadi malapetaka. Karena pada tahun keduanya di Hogwarts muncul siksaan dan penderitaan baru, dalam wujud guru baru yang banyak lagak bernama Gilderoy Lockhart, hantu yang bernama Myrtle Merana yang menghantui toilet anak perempuan dan perhatian tak diinginkan dari adik Ron Weasly,Ginny.
Akan tetapi, semua itu Cuma gangguan kecil dibandingkan dengan bencana besar yang kemudian melanda sekolah. Ada yang mengubah murid-murid Hogwarts menjadi batu. Mungkinkah pelakunya Draco malfoy yang jahat sama Harry,yang riwayat masa lalunya akhinya terbongkar?Atau, mungkinkah pelakunya anak paling dicurigai semua orang di Hogwarts…Yakni Harry Potter sendiri? Ya, biar lebih jelas baiknya and abaca saja bukunya atau cari dan tonton filmnya.
Secara tampilan buku ini sangat menarik. Dari sampulnya saja ia sudah bisa meyakinkan kita bahwa buku ini menarik. Sampulnya sangat menunjukkan buku ini adalah buku fiksi. Permainan warna serta tipografi yang digunakan juga menambah dan melengkapi nilai unggul dari segi sampul. Kalau soal gambar jangan ditanya, buku ini selalu bisa membuat para pembacanya tergerak untuk membuka lembar berikutnya. Singkatnya buku ini cukup menarik paling tidak untuk saya sendiri.
Namun penyakit orang yang cukup familiar dengan buku-buku asing terlebih sekelas buku Harry Potter adalah soal biaya. Memang tidak bisa dipungkiri buku ini cukup membuat anda merogoh kocek lebih dalam apalagi bila anda berniat mengikuti serialnya. Tapi memang rugi bila anda hanya membaca satu serial saja. Mungkin permasalahan harga yang relatif malah ini menjadi salah satu kekurangan buku ini dan buku-buku asing lainnya.

Lost In Love

Judul Novel : Lost In Love

Penulis : Racmania Arunita

Penerbit : PT. Andai Krida Nusantara

Cetakan : II, 2008

Tebal : 274 halaman


Kota Paris adalah kota yang sangat indah dan penuh dengan keeksotikan.Mulai dari kebudayannya, dan juga tempat-tempat yang sudah di kenal di seluruh pelosok dunia, contohnya seperti, menara Eiffel. Kota paris juga di sebut sebagai kota fashion dan bahkan ada orang yang menyebutkan bahwa Paris adalah kota yang penuh dengan cinta dan keromantisan. Inilah yang mendasari Rachmania Arunita, sang penulis novel “ Eiffel I’m In love” dan “Lost In Love” ini membuat novel yang berlatar di kota Paris. Kedua novel yang di tulis oleh Racmania Arunita ini cukup sukses dan bahkan kedua novelnya sudah di jadikan film.

Racmania Arunita yang sejak dulu tinggal di Paris bersama orang tuanya sengaja membuat novel kisah cinta remaja yang berlatar di kota Paris agar para pembaca dapat membayangkan bagaimana indahnya kota Paris. Novel “Lost In Love” ini merupakan novel terusan dari novel “Eiffel I’m In Love” yang menceritakan tentang kehidupan cinta remaja antara Adit dan Tita. Awalnya Adit dan Tita tidak saling menyukai, tetapi pada akhirnya, lama-kelamaan mereka saling jatuh cinta dan Adit menyatakan cinta kepada Tita di depan Menara Eiffel, menara yang terkenal di kota Paris.

Novel “Lost In Love” ini juga tidak kalah menariknya dengan novel pertama Rachmania Arunita yang berjudul “Eiffel I’m In Love.” Novel “Lost In Love” menceritakan tentang perjalanan cinta Tita yang sangat berliku, yang asalnya hubungan mereka Backstreet dan pada akhirnya hubungan mereka direstui oleh kedua orang tua mereka. Di dalam novel ini diceritakan bahwa ada orang ketiga yang dekat dengan Tita yaitu Alex, Alex adalah orang yang telah membantu Tita di saat Tita tersesat di kota Paris. Pada saat itu Tita pergi dari keluarganya dan juga pergi dari Adit, Tita pergi dari mereka semua karena Tita menganggap bahwa mereka tidak peduli dengan Tita, mereka hanya memikirkan kepentingnnya sendiri. Pada saat Tita merasa sendiri di kota Paris, ternyata muncullah sesosok pria yang bernama Alex. Selama Tita sendiri, Alex yang menemani Tita dan Alex juga yang telah memberikan banyak nasihat tentang arti cinta dan pengalaman yang menyenangkan. Selama bersama Alex, Tita melakukan banyak cobaan dan petualangan di kota Paris. Ternyata, setelah Alex mengembalikan Tita pulang kepada keluarganya, Alex ternyata adalah sahabat Adit. Namun, persahabatan mereka kini rusak karena Alex telah merebut pacar Adit yang bernama Intan.

Namun pada akhirnya persahabatan mereka menjadi membaik dan juga hubungna Adit dan Tita direstui oleh kedua orang tua mereka hingga akhirnya, pada lima tahun kemudian, mereka menikah dan hidup bahagia bersama.

Novel “Lost In Love” ini merupakan novel yang best seler. Dan hingga akhirnya novel ini di jadikan sebagai film. Keunikan dari novel ini adalah, adanya lintas budaya antara kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Paris. Yang paling menonjol adalah dengan penggunaan bahasa. Novel ini menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Indonesai, Perancis dan Inggris. Rachmania Arunita yang sudah lama tinggal di kota Paris sangat pandai memilih bahasa Perancis yang di gunakan di novel ini. Bahasa Perancis yang digunakannya adalah sperti kalimat “Merci” yang artinya terima kasih, “bonjour” yang artinya selamt siang, dan juga masih banyak lagi penggunaan bahasa Perancis yang lainnya

Di sini saya akan sedikit membandingkan antara novel “Lost In Love” dengan filmnya. Menurut saya, akan lebih baik jika kita membaca novelnya dan juga menonton filmnya. Tetapi menurut saya, setelah saya membaca dan menonton filmnya, ada sedikit perbedaan di anatara keduanya, yaitu ada beberapa alur cerita yang dipotong, dan juga ada beberpa latar yang di rubah. Menurut saya, lebih asik membaca bukunya di bandingkan menonton film nya, karena jika mebaca novelnya, kita dituntut untuk mengkayal dan membayangkan apa yang sedang kita baca. Jika kita membaca novelnya, kita seolah-olah sedang berada dan berpetualang di kota Paris dan kita seolah-oleh menjadi tokoh Tita. Namun tidak ada salahnya jika kita juga menonton filmnya juga, agar dapat memperjelas gambaran-gambaran yang ada di kota paris yang jika kita membacanya kita hanya membayangkannya saja. Tetapi jika kita menonton filmnya, kita bisa melihatnya secara visual.

Cerita Novel “Lost In Love” sangat menarik, lucu, menghibur dan bahkan membuat kita tertawa karena tingkah laku Tita yang terkadang ceroboh dan kekanak-kanakan. Jika kita membaca novel ini, kita juga secara tidak langsung, kita dapat mengetahui bahasa Perancis dan kita juga secara tidak langsung, kita telah belajar bahasa Perancis dari novel ini, karena setiap ada penggunaan bahasa Perancis, Rachmania Arunita menampilkan pengertianya atau artinya dalam bahasa Indonesia. Maka, novel ini dapat menghibur sekaligus dapat mendidik.

Cover novel ini juga sangat menarik, dengan cover yang berlatar kota Paris dan juga ada gambar para pemeran film “Lost In Love” yang sedang berdiri di suatu sudut jalan di kota Paris. Para pemain film “Lost In Love,” ini bernama Pevita Pearce (Tita), Richard Kevin (Adit) dan Arifin Putra (Alex).
Novel “Lost In Love” ini bagusnya kamu baca. Meskipun novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja, namun tidak ada salahnya jika orang tua juga membaca novel ini. Jadi novel ini bisa di baca oleh semua kalangan karena ceritanya yang ringan dan juga menghibur siapa saja yang telah membaca novel ini. Dan saya juga memberikan acungn jempol kepada penulis novel ini. Mekipun di usianya yang masih sangat muda, Rachmania Arunia mampu menulis novel yang alur ceritanya menarik dan juga bahkan hingga novelnya di jadikan film. Saya salut kepada Racmania Arunita, kerena di Indonesia masih jarang ada penulis yang masih muda tetapi hasil karyanya bisa di acungkan jempol.

Namun jujur buat saya pencinta film, saya lebih mendapat kesan saat menonton filmnya. Tentu saja kecakapan para pemain dan keindahan visual yang disajikan lebih membuat saya terbawa ke dalam suasana. Ditambah lagi alunan backsound yang mengiringi tiap-tiap adegan membuat saya serasa sebagai salah satu tokoh di dalam film tersebut. Tetapi saya tetap menganjurkan kamu semua untuk membaca bukunya dulu. Percaya deh....!

Resensi Buku : A Simple Life of Friendship

Judul buku : Permen - “A Simple Life of Friendship”
Penulis : Benny Jurdi
Perwajahan : Matizih
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2006

Sebuah kata dengan nama “cinta” memang merupakan sesuatu yang paling manusiawi. Semua umat tentu pernah merasakannya, khususnya bagi yang sudah mencapai masa “baligh”. Namun di kalangan remaja kata ini sering sekali dibicarakan, baik sebagai pembahasan maupun diungkapkan. Manusia tidak bisa lepas dari yang namanya cinta. Manusia juga tidak bisa melarikan diri dari cinta. Dalam buku yang bertemakan kehidupan remaja ini, penulis menyajikan sebuah kisah romansa remaja yang erat dengan realita pada masa sekarang ini. Selain itu dalam novel ini penulis juga membumbuinya dengan pesan-pesan yang berkaitan dengan hubungan pertemanan. Bagaimana menceritakan hubungan kisah kasih anak remaja yang juga disertai hubungan persahabatan para tokohnya, di sini penulis berperan sebagai seolah-olah salah satu tokoh yang terlibat. Jadi penulis mencoba bercerita dari dalam situasi cerita tersebut. Penulis berharap novel ini bisa dijadikan makanan ringan dengan berbagai rasa di dalamnya.
Diawali dengan kisah persahabatan empat (4) orang tokoh anak laki-laki yaitu Boyke, Christopher, Evan, dan Danil, yang merupakan siswa SMU dengan berbagai macam karakter masing-masing. Kemudian Boyke yang berkepribadian cuek bertemu dengan April sang bintang sekolah melalui satu pertemuan yang tidak mengenakkan. Boyke menabrak April secara tidak sengaja yang membuat April geram karena ia terhempas ke tembok yang baru dicat. Boyke yang sebelumnya tidak mengenal April langsung jatuh hati setelah melihat kecantikan sang bintang sekolah tersebut. Namun April yang dikenal sangat mementingkan gengsi sama sekali tidak mempedulikan Boyke yang berpenampilan biasa-biasa saja. Satu waktu Boyke menolong April dari gangguan preman hingga ia babak belur. Merasa akan mendapat simpati April ia langsung menyatakan cintanya sebelum akhirnya pingsan di pangkuan April. Dua sahabat April yaitu Sizy dan Tata yang juga satu sekolah dengan Boyke cs awalnya mengira bahwa sahabatnya itu akan menerima cinta Boyke setelah pengorbanan yang dilakukannya, namun April dengan tegas menampiknya. Boyke yang masih tidak dapat masuk sekolah akibat aksinya menolong April begitu penasaran dan menanyakan pada ketiga sahabatnya tentang tanggapan April atas cintanya. Namun karena tidak ingin melihat Boyke menjadi tambah parah karena mendengar cintanya ditolak, maka mereka memutuskan berbohong dan mengatakan pada sahabatnya itu bahwa April menerima cintanya. Keputusan ini juga disetujui oleh Sizy dan Tata yang juga merasa kasihan terhadap Boyke. April yang tidak mengetahui apa-apa akhirnya menjalin hubungan kembali dengan bekas pacarnya, Ben. Beberapa waktu kemudian Boyke terus curiga karena merasa selalu dijauhkan dari April oleh teman-temannya, sebelum akhirnya percaya setelah teman-temannya mengatakan bahwa April sudah menyiapkan kejutan di hari Valentine nanti. Namun apa yang terjadi, justru di hari Valentine itu April membuat pernyataan di depan banyak orang bahwa ia sudah menjalin hubungannya kembali dengan Ben. Boyke langsung shock dan tak dapat menerima kenyataan bahwa ia telah dibohongi oleh sahabat-sahabatnya. Ketiga sahabatnya pun berusaha minta maaf dan menjelaskan alasan sebenarnya, tetapi Boyke terlalu sakit hati dan tidak memberi mereka kesempatan. Setiap telepon dan SMS dari teman-temannya pun tak pernah dihiraukan olehnya. Sejak peristiwa itu pun Boyke sudah tidak pernah masuk sekolah.
Akhirnya Boyke mengenal seseorang bernama Lily melalui chatting. Hari-harinya dilalui dengan chatting bersama Lily, sampai akhirnya mereka berdua bertemu muka. Boyke terkejut setelah melihat Lily dengan kecantikan ‘blasterannya’. Dan ternyata Lily pun sangat kaya. Lily menaruh hati terhadap Boyke yang apa adanya. Ia membantu merubah penampilan Boyke yang kelewat cuek untuk masalah yang satu ini. Saat akhirnya ia kembali bersekolah, ia pun membuat seluruh murid di sekolahnya terpesona, termasuk sahabat-sahabatnya dan April. April yang sudah memutuskan hubungannya dengan Ben akibat tahu kekasihnya itu selingkuh sedikit demi sedikit mulai menyadari perasaannya terhadap Boyke. Ia merasa cemburu melihat kedekatan Lily dan Boyke. Namun ia tidak mau mengakui di depan teman-temannya bahwa ia mencintai Boyke, sampai suatu saat ia akhirnya sadar bahwa ia harus menghilangkan gengsinya dan segera menyatakan isi hatinya sebelum terlambat. Kenyataan yang terjadi April dan Lily sama-sama menyatakan cintanya kepada Boyke di saat yang sama. Bagaimana sikap Boyke menghadapi April dan Lily yang sama-sama menyatakan cinta kepadanya? Siapa yang akan dipilihnya? Dan bagaimana akhir dari kisah ini akan kita ketahui lebih lanjut setelah membaca novel ini.
Novel ini sangat cocok bagi kaum remaja pecinta kisah-kisah romantis. Di sini juga disampaikan arti dari sebuah persahabatan. Banyak orang berpendapat bahwa jujur itu menyakitkan, akan tetapi setelah membaca novel ini kita juga dapat mengambil hikmah bahwa bagaimanapun sebuah kebohongan akan berakhir lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kejujuran. Bagaimana seorang anak manusia ternyata juga tidak dapat membohongi perasaannya sendiri. Alangkah baiknya untuk kita selalu mengikuti apa kata hati dan perasaan kita.

Woy..........Baca Atuh!

Di zaman yang semakin maju alias modern ini sgala sesuatu yang ada di dunia ini dapat kita ketahui dan pelajari. Mengiterpretasikan sesuatu di sekeliling kita atau hal apapun itu perlu didukung referensi-referensi yang akurat. Oleh karena itu manusia modern seperti kita harus mampu mengikuti tuntutan-tuntutan tersbut. Ada banyak media yang dapat menjadi referensi atau sumber yang relevan. Kita juga dituntut untuk peka terhadap sesuatu apapun itu, karena bila tidak kita akan menjadi orang yang sangat tertinggal layaknya seorang bayi yang baru lahir dan tidak tahu apa-apa mengenai dunia.
Banyak sekali media-media canggih di era yang sudah “edan“ ini. Masyarakat dengan bebas memilih jenis media yang menurut mereka pas baik dari segi harga, kecepatan dan keakuratan informasi, gaya hidup, serta kepraktisannya. Sebut saja radio, televisi, internet, dan lain sebagainya. Namun kita cenderung dimanjakan oleh kemudahan dan kecanggihan media-media tadi sehingga hampir melupakan salah satu jenis media konvensional yaitu buku atau media cetak secara umum.
Media cetak yang menuntut manusia untuk melakukan aktifitas konsentrasi mencakup melihat, menyandikan simbol-simbol dalam bentuk bahasa, kemudian memaknai apa yang disandikan tersebut, baru setelah itu dapat mengerti apa yang dimaksud dalam sesuatu yang trecetak itu, membuat kita cenderung memilih media-media canggih yang hanya dengan klik saja lalu kita dapat menikmati sajian-sajian informasi dengan berbagai tampilan atau kemasan yang menarik. Media-media ini juga memberi hiburan bagi mata dan indera pendengaran manusia yang dapat merefresh pikiran dari segala kepenatan setelah harus berkonsentrasi penuh dari aktifitas-aktifitas harian. Padahal banyak sekali efek-efek negatif yang ditimbulkan dari media-media elektronik tadi, antara lain radiasi elektromagnet yang masuk melalui mata dan dapat merusak syaraf otak selain itu gelombang radiasi yang masuk melalui indera pendengaran. Kedua-duanya itu selain dapat merusak otak juga dapat merusak indera yang digunakan tersebut.
Andai saja kita menyadari bahwa membaca buku atau jenis media cetak lainnya sangat menguntungkan dan lebih efektif dibandingkan media-media lainnya. Seringkali kita merasa jenuh saat membaca dan aktifitas membaca menjadi percuma. Itu semua dikarenakan kita salah dalam menggunakan teknik dalam membaca. Dalam halaman ini saya akan berbagi beberapa tips atau teknik membaca yang efektif.
• Niat. Membaca memerlukan niat. Maksudnya adalah sebelum membaca kita harus membulatkannya dalam hati, karena bila kita tidak berniat membaca maka kita akan merasa malas membacanya, dan bila dipaksakan membaca tidak ada hasilnya.
• Konsentrasi. Kita juga harus berkonsentrasi saat membaca. Keseriusan dan fokus pada bacaan akan membuat kegiatan membaca yang kita lakukan memjadi efektif.
• Saat kita membaca seringkali kita merasa jenuh dan letih. Hal ini sangat wajar karena mata manusia mempunyai batas kerja. Dan setiap orang berbeda-beda ketahanan matanya.
• Selain niat dalam membaca pun kita memerlukan mood. Bila mood kita sedang tidak bagus, tentu kita tidak akan bias menyerap maksud dari bacaan yang kita hadapi.
• Mulailah membaca dari sesuatu yang menarik dan sesuai dengan bidang kita. Maksudnya bila anda baru akan mencoba untuk menjadi pencinta membaca ada baiknya buku-buku yang and abaca disesuaikan dengan bidang, ketertarikan, serta tingkat keilmuan anda.
• Coba membaca dalam hati. Kebanyakan orang bilang membaca dalam hati lebih efektif daripada disuarakan.
• Jangan pernah menargetkan dalam membaca. Bacalah sesuatu bagaikan air mengalir. Artinya tidak perlu menargetkan suatu bacaan harus selesai dalam kurun waktu tertentu.
Perlu disadari bahwa membaca adlah kebiasaan yang sangat terpuji dan bermanfaat. Karena sesungguhnya segala sesuatu bias dipelajari dan diketahui melalui membaca. Saya ingin sekali menularkan kebiasaan membaca kepada semua orang. Marilah kita mulai kebiasaan ini!Selamat membaca!