Sabtu, 11 Juli 2009

Menulis Artikel? Kenapa tidak?



Bagi-bagi Kiat Menulis Artikel Non-fiksi

Dalam menulis artikel non-fiksi kita mungkin dihadapi pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana sih menentukan tema, topik, judul, lalu cara menulisnya seperti apa, tulisan harus seberapa panjang, serta bagaimana gaya penulisannya. Hal-hal tadi sering muncul dalam benak kita dan ini dapat membuat kita mengurungkan niat untuk menulis.
Sayang sekali bila kita harus terhambat oleh persoalan-persoalan tadi. Padahal, menulis non-fiksi itu tidak sesukar yang kita bayangkan. Saya memiliki beberapa kiat menulis artikel non-fiksi yang biasa saya lakukan.

• Dalam menentukan tema tulisan, seringkali kita dipusingkan dengan banyaknya topik yang ada dan kita bingung harus memilih yang mana.
1. Tema artikel non-fiksi sebenarnya hanya berpatok pada hal-hal yang menarik dan memiliki manfaat bagi masyarakat pembaca.
2. Tema hendaknya juga merupakan bahasan yang aktual atau hal baru bagi masyarakat. Jangan mengusung tema artikel yang sudah sering dibahas dalam media publik.
3. Tema bisa saja membahas topik yang sudah ‘basi’ tetapi penulis harus menggunakan sudut pandang yang berbeda dari yang sudah ada.
4. Penulis harus peka terhadap apa yang terjadi di masyarakat dan apa yang mereka butuhkan. Setelah itu baru penulis menghadirkan tulisan yang merupakan solusi daripada persoalan tersebut. Intinya buka mata dan telinga!

• Topik merupakan ide pokok pembahasan. Topik lebih sempit atau spesifik dari tema. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penentuan topik sama saja dengan penentuan tema.


• Penulis sering bingung saat akan menetapkan judul baik itu di awal maupun di akhir penulisan.
1. Dalam penetapan judul tidak ada aturan baku tentang harus di awal atau di akhir. Bila kita sudah menguasai topik pembahasan, penetapan judul di awal atau di akhir sama saja. Namun saya biasa melakukannya di akhir penulisan. Karena feel dari tulisan yang kita buat seringkali muncul setelah kita mulai menulis.
2. Judul jangan terlalu panjang. Hendaknya judul dibuat singkat, padat, tepat, menarik, dan unik. Judul artikel harus mudah diingat dan mempunyai daya pikat yang kuat sekali lihat.
3. Judul merupakan hal yang paling ’menonjol’ dalam tulisan yang kita buat. Dalam sebuah tulisan tentunya ada salah satu poin yang paling ingin kita tonjolkan.

• Kita mungkin bingung tentang cara menulis artikel non-fiksi harus seperti apa.
1. Ada beberapa cara menulis artikel non-fiksi. Penulis bisa menggunakan teknik deskripsi (penjelasan), narasi (bertutur/bercerita), ataupun eksposisi (pemaparan/penggambaran). Tiga cara ini adalah yang paling umum digunakan.
2. Sebelum menulis sebaiknya kita menguasai topik pembahasan terlebih dahulu.
3. Bila perlu gunakan referensi akurat untuk mendukung tulisan yang kita buat. Untuk pengambilan teori atau informasi dari sumber, gunakan teknik kutipan (dengan keterangan) agar terhindar dari praktik plagiat.
4. Akan lebih baik bila tulisan merupakan buah pemikiran sendiri. Jangan terlalu banyak referensi. Perbandingan antara referensi harus jauh lebih kecil dari pemikiran pribadi penulis.
5. Berpedomanlah pada bahasa yang sesuai dengan bahasa baku dan Ejaan Yang Disesuaikan.
6. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua orang. Jangan menggunakan istilah-istilah yang terlalu ilmiah.
7. Bila terpaksa menggunakan istilah ilmiah, maka gunakan keterangan untuk menjelaskan istilah tersebut.
8. Hindari penggunaan istilah-istilah asing. Penggunaan istilah asing boleh saja bila istilah tersebut sudah umum di telinga masyarakat.
9. Hindari pula penggunaan kata-kata klise, jargon, dan istilah hukum legal.
10. Pada paragraf pertama hendaknya langsung mengangkat topik pembahasan dan gagasan utama.

• Panjang-pendek artikel juga menentukan efektifitas penulisan dan efektifitas pemahaman.
1. Artikel baiknya tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek. Esensinya adalah tulisan dapat membahas sebuah topik dengan cukup jelas namun tidak bertele-tele. Pembahasan jangan terlalu mendetail karena ini hanya sekadar artikel, bukan buku. Berpedomanlah pada 3 kata yaitu singkat, padat, dan jelas, baik dalam kalimat maupun paragraf.
2. Panjang artikel ideal antara 2 – 4 halaman kuarto atau A4 dengan spasi 1 1/2 dan format huruf Times New Roman atau Arial dengan ukuran 12.
3. Panjang kalimat kurang lebih antara 3 – 28 kata.
4. Utamakan penggunaan kalimat langsung.
5. Panjang paragraf kurang lebih terdiri dari 3 atau 4 kalimat.

• Jangan terlalu dipusingkan dengan gaya penulisan. Gaya penulisan adalah idealisme penulis.
1. Gaya penulisan menunjukkan karakter penulis.
2. Ciptakanlah gaya penulisan sendiri. Jangan meniru orang lain.
3. Buatlah ciri khas gaya penulisan.
4. Untuk penulisan pada media surat kabar, idealisme harus sedikit dikurangi. Biasanya gaya penulisan yang digunakan adalah gaya penulisan yang seragam yang dianut media tersebut.




Mengatasi Hambatan dalam Menulis?
Begini Caranya!


Ketika menulis kita seringkali dipusingkan dengan hambatan-hambatan dalam penulisan. Hambatan tersebut dapat berupa rasa malas. Rasa malas adalah hal yang harus dihilangkan terutama bila kita seorang redaktur media publik. Setiap hari kita dituntut untuk menulis. Namun bagaimana menghilangkan rasa malas tersebut?
Saya akan berbagi pengalaman yang pernah dialami oleh beberapa kawan saya yang bekerja sebagai redaktur media. Pertama, kita harus berusaha untuk mencintai pekerjaan menulis. Caranya adalah dengan mencari hal-hal yang menyenangkan saat kita menulis. Kegiatan menulis bisa dianggap seperti sebuah permainan. Tantangannya adalah bagaimana kita menciptakan sebuah tulisan yang menarik dan bermanfaat bagi jutaan orang. Bila kita berhasil kita akan memperoleh hadiah berupa bayaran, bonus, atau gaji.
Kedua, jadikanlah kegiatan menulis menyatu dengan kehidupan anda. Lakukan pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan kegiatan menulis. Misalnya, bacalah buku-buku tentang menulis, cobalah menulis hal-hal yang kita sukai, serta bergabunglah ke komunitas penulis.
Ketiga, cobalah menulis dengan santai dan fun. Ini bisa dilakukan dengan melakukan hal-hal yang kita suka sambil menulis. Misalkan menulis sambil menyantap camilan, minum teh/kopi/softdrink, atau sambil mendengarkan musik. Ketiga hal tadi biasanya diperbolehkan bagi wartawan redaktur. Beberapa media bahkan mengizinkan redakturnya untuk mengerjakan tulisannya di rumah.
Untuk hambatan dalam teknik penulisan, kita bisa melakukan apa yang sudah saya jelaskan dalam bahasan kiat-kiat di awal. Dengan melakukan prosedur-prosedur tersebut, mudah-mudahan dapat mengurangi kesulitan dalam menulis.



Menulis Itu Menyenangkan Lho!



Sayang sekali bila kita memiliki bakat untuk menulis tetapi tidak digunakan. Tapi saya berpendapat bahwa bakat ini ada di setiap orang. Tidak ada bakat khusus untuk menjadi penulis. Orang yang terlihat seperti berbakat dalam menulis, itu hanya karena biasa. Kegiatan menulis sudah melekat dan biasa bagi dirinya sejak kecil. Jadi, singkatnya siapapun bisa menulis. Amat disayangkan bila seseorang merasa enggan untuk menulis karena menganggap dirinya tidak mempunyai bakat. Bila kita dapat menyadari bahwa menulis itu sesungguhnya mudah, pasti menyenangkan. Kita tentu pernah mendengar bahwa J.K Rowling menjadi salah satu orang terkaya di Inggris. Rowling adalah seseorang yang menyukai menulis. Jadi sesungguhnya hobi ini bisa menjanjikan.
Banyak anak remaja yang sudah pandai menulis artikel. Bahkan diantaranya ada yang telah menulis buku. Jadi, mengapa kita tidak bisa seperti mereka?
Tentu anda tahu bahwa ada banyak komunitas menulis di negara ini terlebih di dunia. Ini membuktikan bahwa pekerjaan menulis juga menyenangkan. Dengan menulis kita bisa mengekspresikan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Dengan menulis kita dapat menunjukkan kapasitas diri kita. Dan menulis merupakan salah satu bentuk eksistensi serta aktualisasi diri seorang manusia. Karena sesungguhnya banyak hal dari kehidupan yang dialami dan dirasakan seseorang dan ingin disampaikan, akan tetapi tidak bisa terungkapkan lewat lisan. Hal ini bisa terwujud lewat sebuah tulisan.
Kita bisa mulai menulis dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Tentu di antara kita banyak yang menulis catatan harian, ’curhatan’, atau buku diary semenjak kecil. Atau ketika remaja kita mengalami yang namanya jatuh cinta pertama kali. Biasanya kita mendadak menjadi seorang pujangga yang romantis. Atau saat kondisi tertekan kita sering membuat tulisan-tulisan yang menyentuh. Berarti tepat bila saya katakan bahwa menulis sangat lekat dengan kehidupan kita. Mengapa hal ini tidak kita kembangkan?
Jadi mulai dari sekarang, buang jauh-jauh anggapan bahwa menulis itu sulit dan membosankan. Yang penting ada niat pasti kita bisa. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak?





















Tentang Penulis








Nama Lengkap : Rangga Permana
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Agustus 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cikutra – Bandung ; Kemang - Jakarta Selatan
Agama : Islam
Email : r.permana.84@gmail.com
Blog : blogua-yukitaba@blogspot.com

Riwayat Pendidikan : - SD Selong 01 Jakarta Selatan
- SLTPN 13 Jakarta Selatan
- SMUN 6 Jakarta Selatan
- STIKOM Bandung, S1 Penyiaran

Riwayat Organisasi : - Karang Taruna tingkat Kelurahan, Tangerang
- PAT Wanakactus, Jakarta
- Foluntier Pemadaman & Penanggulangan
Kebakaran Hutan
- IMIKI Pengcab Bandung
- Foluntier Penanganan Situasi Gawat Darurat dan
Bencana
- BEM STIKOM Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar