Selasa, 03 Maret 2009

Aku dan Dia


Aku terlahir dengan nama Aku. Aku adalah figur dari segala keegoisan aku. Aku mempunyai sekian banyak kegelapan masa lalu. Tapi aku juga mempunyai sekian banyak impian dan harapan. Aku bukanlah Aku yang dulu. Karena Aku yang dulu bukanlah aku yang telah menjadi aku sekarang. Aku sering berpikir mengapa ada Aku yang gelap di masa lalu sementara aku bisa menjadi Aku yang sekarang. Mungkin sebagian orang tidak akan percaya bila Aku yang dulu telah menjadi Aku yang sekarang. Atau bahkan sebaliknya sebagian orang tidak akan percaya akan adanya Aku yang dulu karena melihat Aku yang sekarang. Namun aku tidak lagi peduli dengan segala masa laluku. Karena aku yang sekarang bukanlah lagi Aku yang dulu. Dan kamu juga mereka harus percaya itu.
Aku adalah orang yang terobsesi untuk menjadi Aku yang lebih baik lagi dan lagi. Aku sedang melakukan segala upaya kerasku untuk mewujudkan itu. Hanya saja sebagian orang lagi-lagi menganggap remeh aku karena sudah mengenal aku yang dulu. Betapa kesalnya aku akan segala anggapan dan keraguan terhadap diriku.
Pada dasarnya aku adalah orang yang sulit untuk menerima kamu, mereka, dan dia. Bagiku aku adalah aku, bukan kamu, mereka, ataupun dia. Karena aku adalah Aku dengan segala ke-aku-anku.
Pada satu waktu aku bertemu dengan seseorang yang membuatku memikirkan kembali segala keegoisan diriku. Dia…. dia terlahir dengan nama Dia. Dia adalah figur dari segala keegoisan dia. Dia memiliki apa yang tidak kamu dan mereka miliki. Dia membuat aku ingin selalu melihat dia….bukan kamu….ataupun mereka. Aku yang selama ini tidak mempedulikan siapapun, akhirnya menaruh perhatian akan kehadiran Dia. Bahwa dia adalah Dia yang selalu aku ingin lihat…. Bahwa dia adalah Dia yang selalu aku ingin sentuh. Itu semua karena aku ingin dia….bukan kamu ataupun mereka.
Tetapi Dia adalah segala keegoisan dirinya. Dia tidak pernah melihat aku, kamu, dan mereka. Aku yang sudah bisa menerima kehadiran dia, ternyata harus berharap akan dia yang tidak pernah melihat siapapun, tidak terkecuali kamu ataupun mereka. Sungguh besarnya dia dimataku dengan segala ke-dia-annya. Sampai-sampai aku yang sudah mengurangi segala keegoisan aku tidak jua dilihatnya. Bagaimana dengan harapan akan dia ini? Akankah dia melihat aku?… Atau hanya aku saja yang selalu melihat dia? Sungguh aku ingin dia melihat aku seperti aku melihat dia. Atau paling tidak dia menaruh perhatian walau itu hanya sedikit saja akan keberadaan aku yang padahal selalu ada di dekatnya.
Untuk kesekian kalinya aku mendapat ketegasan bahwa dia adalah Dia dengan segala keegoisan dirinya….seperti halnya aku sebelum bertemu dia. Aku benar-benar tidak tahu kapan tiba waktunya saat dia mulai melihat aku….yang selalu berusaha untuk ada di dekatnya. Aku tidak tahu sampai kapan akan berharap. Aku adalah Aku yang selalu ada di belakang….di samping….tapi tidak pernah ada di depan dia. Untuk saat ini aku hanya bisa menunggu sampai saatnya tiba dia membalikkan badannya ke belakang atau mengalihkan pandangannya ke samping….karena aku tidak pernah bisa ada di hadapannya.



By : Rangga Permana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar