Selasa, 03 Februari 2009

Buku Ilmiah Masih Saja Membosankan


Judul Buku : Sejarah Sosial Media “Dari Gutenberg Sampai Internet“
Judul Asli : A Social History of The Media
Penulis : Asa Briggs dan Peter Burke
Pengantar : Jakob Oetama
Penerjemah : A. Rahman Zaenuddin
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tahun Terbit : 2006
Tebal Buku : xiv + 458 halaman
Ukuran Buku : 16 x 24 cm
Desain Sampul : Aji Soeroso
Edisi : Pertama
Resensi : Rangga Permana




Buku ini tergolong buku ilmiah, ini dapat disimpulkan dari judulnya saja. Dari judul “Sejarah Sosial Media – Dari Gutenberg Sampai Internet” ini dapat kita ketahui bahwa buku ini membahas tuntas tentang sejarah sosial media komunikasi informasi dari awal hingga masa sekarang. Buku ini menyajikan segala informasi dalam bentuk kisah narasi tentang media mulai dari awal munculnya, perkembangan dari masa ke masa hingga sekarang, serta tentang implementasi media itu sendiri terhadap aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Sang penulis menggunakan sumber-sumber yang akurat dan variatif. Ini merupakan buku yang penting bagi dunia Ilmu Komunikasi sebagai referensi terpercaya.
Dari melihat sampul, memang dapat kita ketahui dengan jelas bahwa buku ini termasuk buku ilmiah. Namun desain yang disajikan oleh sang desainer cukup membuat kita penasaran akan apa isi di dalamnya. Desain sampul diampilkan dengan cukup menarik yaitu dari permainan warna yang memiliki relevansi terhadap isinya. Penyantuman gambar-gambar perangkat media terkait juga menambah unsur informatif komunikatif cukup dari segi sampulnya saja. Selain itu, penggunaan jenis font pada sampul juga menambah kesan ketegasan dan kejelasan buku ini. Penggunaan huruf timbul pada judul sampul depan dan belakang buku ini telah menjadi pemanis dukungan. Kesan membosankan dan rumit yang biasa melekat pada citra buku ilmiah sedikit dipudarkan oleh unsure-unsur kelebihan tadi. Mungkin inilah salah satu nilai plus dari buku ini yang ingin saya ungkap.
Saat membaca buku ini, kesan yang saya peroleh ternyata sedikit bertolak belakang dengan sampul yang saya nilai. Buku ini membuat pembaca sedikit mengalami kejenuhan saat harus membaca dengan intensif. Kesan monoton berikut membosankan berkali-kali muncul selama membaca buku karya Asa Briggs dan Peter Burke ini. Ini terjadi karena penggunaan gaya bahasa yang terlalu ilmiah. Ini akan sangat memberatkan saat buku ini dibaca oleh kalangan yang secara tingkat pendidikan belum cukup memadai. Contohnya dengan penggunaan istilah-istilah yang tidak umum atau terlalu ilmiah. Mungkin hanya kaum terpeljar saja yang dapat menyerap pesan dan makna buku ini dengan mudah. Walaupun saya termasuk yang mampu untuk menerimanya, tetapi saya mencoba menilai dari perspektif masyarakat umum di Indonesia. Memang hampir kebanyakan buku-buku hasil terjemahan buku asing memerlukan pemaknaan yang agak sulit oleh karena gaya bahasa dan gramatikal yang digunakan di negara asalnya sedikit berbeda dan manakala diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan sedikit mengalami kerancuan bahasa, namun seharusnya buku ini bisa disesuaikan dengan tingkat kerumitan yang lebih ringan agar dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat. Banyak orang berpendapat bahwa bahasa asing terutama bahasa Inggris memiliki gaya bahasa yang tidak sepenuhnya cocok dengan pemahaman orang-orang Indonesia. Kemudian mengenai penyertaan gambar-gambar di dalam pembahasan buku, sebenarnya cukup menjadi nilai plus buku ini, hanya saja kalau gambar-gambar tersebut ditampilkan dengan warna-warna yang lebih hidup pasti akan menambah nilai estetika buku karangan negeri Paman Sam ini.
Melangkah ke aspek isi, di dalam buku ini kita akan mendapati pembahasan dengan gaya bercerita tentang media secara keseluruhan dan rinci. Mulai dari Gutenberg sang Ilmuwan Prancis yang menemukan mesin cetak pada tahun 1450 karena terinspirasi oleh mesin pemeras anggur hingga memasuki era digital yang dimulai dari peluncuran satelit Sputnik oleh Uni Soviet yang menjadi pemicu penggunaan satelit untuk keperluan komunikasi informasi dan melahirkan internet. Penulis juga membahas tentang pers yang memiliki posisi pilar keempat dalam kekuasaan suatu negara. Pembahasan aspek sosial juga kental di dalam buku ini, bagaimana dibahas tentang masyarakat yang diklasifikasikan sebagai masyarakat informasi sebagai hasil dari dinamika perubahan sosial itu sendiri. Semua ini dikisahkan, mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang kesemuanya dipengaruhi oleh perkembangan media itu sendiri.
Pengarang buku ini sudah berusaha untuk mempertahankan `a sense of perspektive`, sulit untuk berprestasi ketika media terus saja mengkaji inovasi lama dan berkembang menjadi inovasi baru. Selalu saja berorientasi ke depan daripada menjelaskan realita yang ada. Eksploitasi teknologi yang dilakukan media secara tidak langsung telah mengeksploitasi pula alam sekitar. Tidak ada lagi taman-taman indah, namun yang diutamakan adalah program-program pokok. Tidak bisa terbayangkan bila progresifitas perkembangan media beserta perangkat-perangkat canggihnya akan bertahan terus secara kontinyu hingga masa yang jauh ke depan dunia dengan alam indahnya ini.
Secara keseluruhan buku ini cukup komunikatif dan menarik untuk dibaca. Karena isi yang disajikan terbilang cukup penting bagi dunia modern saat ini, terutama bagi dunia komunikasi informasi. Alangkah bijaknya kita mengetahui sejarah dan perkembangannya daripada hanya tahu menggunakannya saja. Jangan sampai kita menjadi masyarakat yang manja dengan segala kemudahan dan fitur-fitur canggih yang disajikan oleh teknologi inovatif saat ini. Saya hanya bisa mnyarankan anda untuk mambaca buku ini sebagai referensi tambahan. Buku ini termasuk buku ilmiah terlengkap untuk bidang yang dibahasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar